Sabtu 02 Oct 2021 05:41 WIB

Berbohong dalam Perspektif Islam

Kebohongan adalah kebalikan dari kebenaran.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah
Berbohong dalam Perspektif Islam
Foto: EPA-EFE/CJ GUNTHER
Berbohong dalam Perspektif Islam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebohongan adalah kebalikan dari kebenaran. Jadi, segala sesuatu yang tidak benar dan dengan sengaja dimaksudkan untuk menyesatkan orang lain adalah dusta.  

Dilansir dari Islam Web, berbohong bertentangan dengan sifat dan fisiologi manusia, dan seperti penyakit lainnya, ia memiliki tanda dan gejala uniknya sendiri. Tindakan berbohong menghasilkan konflik batin antara berbagai pusat kendali otak.  

Baca Juga

Saat seseorang mulai berbohong, tubuhnya mengirimkan sinyal yang bertentangan untuk menyebabkan otot wajah berkedut, kontraksi pupil, keringat, pipi memerah, peningkatan kedipan mata, tremor tangan, dan peningkatan denyut jantung. Ini yang menjadi dasar dari instrumen pendeteksi kebohongan. 

Bentuk-bentuk kebohongan

• Kebohongan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya

Bentuk kebohongan yang paling buruk adalah melakukannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Kebohongan dengan memalsukan sesuatu kepada mereka. 

Allah SWT Berfirman dalam Alquran: "Seandainya dia (Muhammad) mengada-ada sebagian perkataan atas (nama) Kami. niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya." (QS. Al-Haqqah: 44-46).

Allah SWT juga berfirman: "...Dan janganlah kamu menyembunyikan kesaksian, karena barangsiapa menyembunyikannya, sungguh hatinya berdosa..."  (QS. Al-Baqarah: 283)

Dalam ayat lain juga disebutkan: “Dan janganlah kamu mencampuradukkan yang haq dengan yang batil atau menyembunyikan yang haq sedang kamu mengetahuinya.”  (QS Al-Baqarah: 42)

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement