REPUBLIKA.CO.ID, Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar pernah menuliskan kisahnya saat berkunjung ke studio Hollywood, di Amerika Serikat (AS), beberapa tahun lalu. Dalam kunjungan tersebut, bayangan ulama karismatik itu justru tak lepas dari ayat-ayat Illahi.
Pengalaman itu dituliskan Kiai Nasar dalam buku Geliat Islam di Negeri non-Muslim. Dia menceritakan, ketika diundang panitia untuk mengunjungi sebuat tempat yang sangat imajiner di Los Angeles, Warner Bross, yang merupakan sebuah kompleks perfilman sangat terkenal di Hollywood.
Di lereng gunung yang cantik terhampar sebuah lokasi yang amat luas dan padat. Berdasarkan hitungan Kiai Nasar, terdapat 42 bangunan yang mirip dengan gedung raksasa dan sejumlah bangunan dengan jalanan serta pemandangan Amerika tempo dulu. Contohnya, kompleks New York tempo dulu, rumah-rumah khas Chicago, penduduk Indian, dan lainnya.
Termasuk juga gambar dan miniatur pohon tua dan pemandangan bebatuan di tengah hutan belantara. Kompleks itu meningatkannya pada Taman Mini Indonesia Indah di Jakarta. Untuk mengitari kawasan tersebut, para tamu yang hadir harus menggunakan mobil golf saking luasnya area tersebut.
Tak lupa, Kiai Nasar juga menceritakan pengalamannya saat diajak ke sebuah gudang yang ternyata adalah studio raksasa yang isinya sejumlah miniatur dan dekorasi tipuan. Di mana film-film seri di TV diproduksi, inilah set panggungnya.Di bagian-bagian langit studio bergelantungan kamera, lampu, dan laser dengan segala efek pencahayaannya. Bahkan ada sebuah gudang yang isinya benar-benar seperti di tengah hutan belantara dengan air terjun buatan.
Dengan kekuatan elektrik latar dan dekorasi bisa dirancang seperti bergerak dan terkesan banyak orang yang berjualan di pasar atau petani sedang bercocok tanam, dan lainnya. Ternyata film-film Hollywood yang ditonton jutaan masyarakat dunia itu, kata Kiai Nasar, selama ini pengambilan gambarnya tidak di alam terbuka. Termasuk rumah dan bangunan mewah yang ternyata hanyalah efek monitor raksasa yang keseluruhannya tidak keluar dari gudang besar itu.
Begitu pun dengen film-film koboi tempo dulu dengan kandang kuda, kendaraan mobil serta motor tua, hingga mobilnya Batman pun dikoleksi di gudang tersebut. Termasuk rumah antik dalam serial Harry Potter. Lorong-lorong sempit yang menggambarkan Amerika tempo dulu juga semuanya tersimpan rapi dan terawat di kompleks Warner Bross.
Dari pengalamannya tersebut, Kiai Nasar menyimpulkan, daun pintu yang sangat terkesan mahal ternyata hanyalah triplek yang dicat sedemikian rupa sehingga mirip dengan pintu rumah mewah. Begitu pun demikian dengan air terjun yang terkesan di tengah hutan rimba dengan bunyi-bunyian serangga malam, ternyata hanyalah sebuah kamuflase.
Hal ini kemudian mengingatkan Kiai Nasar akan sebuah ayat Alquran Surah Al-Hadid penggalan ayat 20, “I’lamuuu annamal-hayaatu ad-dunya la’ibun wa lahwun wa zinatun wa tafaakhuruu bainakum wa takaatsurun fil amwali wal-awlad kamatsali ghaitsin a’jaba al-kuffaara nabaatuhu, tsumma yahiiju fataraahu mushfaran tsumma yakunu huthaman,”.
Yang artinya, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan. Perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.”
Kiai Nasar menyebutkan, pesan tersirat dari Hollywood adalah manusia diminta menyadari mengenai kehidupan dunia yang hanya sandiwara ini. Maka, seyogiyanya manusia dapat memberi makna terhadap hidup yang terus berjalan ini dan jangan terkecoh dengan ‘gemerlapnya’ dunia yang bak Hollywood.