REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Hari kesaktian Pancasila 1 Oktober diyakini betul sebagai momen spesial oleh Iwan Sarkowi, warga asal Purwokerto, Jawa Tengah.
Pria berusia 40 tahun ini me-nggowes sepeda onthel dari daerah asalnya untuk pergi ke Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Ratusan kilometer ditempuhnya untuk bisa melihat sejarah lampau peristiwa Gerakan 30 September (G30S) pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI). Kejadian yang melatari peringatan ini.
"Ini kan peringatan bersejarah, istilahnya buat bangsa Indonesia. Ini pertama kali pengen liat gimana lubang buaya, pengen lihat mobil bersejarah, tempat bersejarahnya. Seperti apa jenderal itu dimasukkan ke lubang buaya atau sumurnya itu," jelasnya saat ditemui di Monumen Pancasila Sakti, Jumat (1/10).
Iwan menyebut, mulai berangkat dari Purwokerto pada Ahad (26/9) lalu dan baru sampai di Jakarta pada Rabu (29/9). Dia lalu mencoba masuk ke monumen tapi tempat itu belum dibuka. Dia baru bisa masuk ke monumen pada Jumat (1/10) usai upacara Hari Kesaktian Pancasila selesai.
Dia sempat kecewa karena tidak bisa masuk ke monumen saat sudah sampai di Jakarta. "Terus ke Lebak Bulus dulu kan, ke tempat saudara, tadinya dari Lebak Bulus mau langsung pulang, tapi berhubung tahu kalau sudah banyak yang masuk, jadi saya ikut masuk,"terangnya.
Iwan yang tergabung dalam Komunitas Sepeda Tua Indonesia (Kosti) ini mengaku tidak ada banyak kendala selama di perjalanan. Dia biasa beristirahat setiap dua jam sekali untuk mengistirahatkan tubuh dan sepeda tua miliknya.
"Paling di Indramayu, as roda (poros) itu kejengking itu langsung koclak (longgar). Tapi sudah diperbaiki itu, sudah fit lagi insya Allah nggak ada apa apa. Makanya kan kalau gowes bisa kuat sampai dua jam lah kasihan, sepedanya, ya tenaganya," ujarnya.
Meski mengakui lelahnya perjalanan ke Jakarta, Iwan menyebut semuanya terbayar dengan pengalaman dan silaturahim dengan orang-orang di perjalanan."Capainya terbayar sudah, kan bisa memperingati Hari Kesaktian Pancasila, bisa ketemu komunitas juga," terangnya. Alkhaledi Kurnialam