REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri BUMN Erick Thohir mengajak semua pihak untuk menjaga dan memastikan bahwa market atau pasar Indonesia hanya untuk pertumbuhan ekonomi nasional, bukan untuk pertumbuhan ekonomi negara lain.
"Kita tidak anti-asing, tetapi kita harus pastikan market kita adalah untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia, bukan untuk pertumbuhan ekonomi negara lain," ujar Erick Thohir saat menyampaikan kuliah umum terbuka secara daring di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, Banten pada Jumat.
Menurut Menteri BUMN, pasar Indonesia harus dijaga bersama-sama karena hal tersebut sangat mahal dan berharga. "Kita memiliki market yang besar, kita punya nilai jual yang besar maka dari itu kemarin ketika saya berbicara di Bursa Efek Indonesia, ayo kita sebagai pejabat publik dan mencintai negara kita jaga market kita," katanya.
Erick Thohir juga menambahkan bahwa penggabungan Holding BUMN Ultra Mikro yang dilakukan oleh Kementerian BUMN mendapatkan dukungan dari pasar dan dunia. "Alhamdulillah kita juga bisa membuktikan dengan penggabungan ini (Holding BUMN Ultra Mikro), market yang namanya kapitalis pun mendukung. Terbukti kita bisa meyakinkan pasar dan dunia, kita melakukan penambahan modal yang terbesar di Asia Tenggara senilai Rp 96 triliun, terbesar kedua di Asia, terbesar ketujuh di dunia," katanya.
Sebelumnya Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan aksi penambahan modal melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue yang dilakukan PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk merupakan bukti bahwa Indonesia memiliki pasar yang besar. Erick Thohir mengungkapkan hal yang tak kalah penting dari right issue BRI adalah bahwa UMKM bisa menjadi pertumbuhan ekonomi penting di Indonesia.
Ia juga menambahkan Kementerian BUMN mendorong agar Bursa Efek Indonesia (BEI) jadi yang terbesar di Asia Tenggara. Selain itu, ia juga mendorong korporasi BUMN untuk go public sehingga bisa menopang bursa.