Sabtu 02 Oct 2021 16:49 WIB

Aktivis Uighur di Washington Gelar Demo di Hari Ultah China

Aktivis meminta China mengakhiri kekerasan terhadap minoritas Uighur.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Teguh Firmansyah
Seorang pengunjuk rasa dari komunitas Uighur (ilustrasi).
Foto: AP/Emrah Gurel
Seorang pengunjuk rasa dari komunitas Uighur (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Sekelompok warga Uighur berkumpul di depan Memorial Lincoln, Washington, Amerika Serikat pada Jumat (1/10) untuk menuntut China akhiri tindakan keji terhadap kaum minoritas Muslim Uighur. Lebih dari 100 aktivis mengenakan kemeja hitam, berbaris di area peringatan.

Di antara mereka adalah anggota kongres dari Partai Republik Vicky Hartzler dari Missouri, anggota kongres Demokrat Tom Suozzi dari New York, Rabi Jack Moline dan Nury Turkel, wakil ketua Komisi AS untuk Kebebasan Beragama Internasional (USCIRF).

Baca Juga

Hartzler mengatakan perusahaan AS yang melakukan bisnis di China memiliki kewajiban etis dan moral untuk memindahkan rantai pasokan mereka keluar dari wilayah Uighur. Suozzi mengatakan dia mendukung 100 persen melawan genosida yang dilakukan China. Selain itu, para aktivis juga menuntut diakhirinya perkemahan Uighur di Provinsi Xinjiang.

Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), setidaknya satu juta orang Uighur ditahan di kamp yang mereka sebut sebagai pusat pelatihan kejuruan. Masyarakat internasional menyebut kamp itu sebagai kamp pendidikan ulang.

Seperti dilansir Anadolu Agency, Sabtu (2/10), China tidak memberikan informasi jumlah kamp yang ada di Xinjiang, jumlah orang yang ditahan, dan jumlah orang yang kembali ke kehidupan sosial.

Sementara PBB dan organisasi internasional lainnya menegaskan kembali seruan agar kamp dibuka untuk diperiksa, China hanya mengizinkan beberapa pusat yang ditunjuk untuk dilihat sebagian oleh sejumlah kecil diplomat dan jurnalis asing.

Beberapa negara menuduh China membersihkan etnis Uighur di Xinjiang. Namun, China membantah melakukan kesalahan dan menolak tuduhan genosida itu dan menganggapnya sebagai suatu kebohongan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement