REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Wakil Gubernur Jawa Barat (Wagub Jabar) Uu Ruzhanul Ulum berharap wisata kuliner bisa meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) di Provinsi Jabar dalam pemulihan ekonomi Covid-19. "Jawa Barat memiliki keindahan alam, budaya, dan kuliner yang unik. Oleh karena itu Pemprov Jabar akan memaksimalkannya untuk mendapatkan PAD dalam pemulihan ekonomi Covid-19," kata Wagub Uu saat menghadiri Webinar Pemberdaya Penggerak Indonesia Sejahtera di Pondok Pesantren Miftahul Jaza, Kampung Gumuruh, Desa Nagrak, Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung, Sabtu (2/10).
Terbukti hingga saat ini banyak wisatawan menjadikan Jawa Barat menjadi tujuan kuliner yang sangat digemari. Menurut Uu, setiap kabupaten/kota memiliki ciri khasnya masing-masing baik dari kuliner dan alamnya. "Di Jawa Barat ada Tasikmalaya dengan tutug oncom, Sumedang dengan tahu sumedang, Cirebon dengan nasi jamblang, Indramayu dengan gombyang dan berbagai macam," kata Uu.
"Apalagi di Bandung Raya memiliki inovasi-inovasi makanan yang sangat luar biasa. Ini adalah salah satu potensi untuk menuju masyarakat yang lebih baik, memanfaatkan potensi kuliner," ujarnya.
Maka saat ini pun Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jawa Barat fokus dan memanfaatkan potensi daerah melalui Dewi (Desa Wisata) dan kuliner. Tidak lain untuk meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah). Sehingga diharapkan adanya pemerataan sektor ekonomi yang adil bagi masyarakat di setiap kota kabupaten di Jawa Barat.
"Jangan sampai ekonomi dikuasai oleh kelompok itu-itu saja, jangan sampai ekonomi berada dan meningkat di tempat itu-itu juga," katanya.
Ia berharap 27 kota kabupaten, 5.312 desa dan 700 kelurahan bisa menikmati peluang ekonomi di Jawa Barat. "Maka salah satunya adalah dengan memanfaatkan potensi wisata," katanya.
Selain itu pun, Uu berharap para pelaku usaha kuliner dan tempat wisata ini harus mampu menguasai teknologi. Melalui media sosial, produk kuliner maupun tempat wisata akan dikenal sehingga adanya keinginan untuk datang ke Jawa Barat. "Kalau dulu mungkin untuk mempromosikan wisata sangat sulit untuk cepat dikenal orang. Minimal dari mulut ke mulut harus ada waktu, kalau sekarang begitu mudah," lanjutnya.