REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA -- Indeks harga subsektor tanaman perkebunan rakyat di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) pada September 2021 yang naik 4,07 persen, berhasil mendongkrak nilai tukar petani (NTP) setempat menjadi 122,51.
"NTP Provinsi Kaltim pada Agustus lalu tercatat 120,53, tapi pada September menjadi 122,51, berarti mengalami kenaikan 1,98 persen," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kaltim Anggoro Dwitjahyono di Samarinda, Sabtu (2/10).
NTP Kaltim yang sebesar itu diperoleh dari lima subsektor pertanian. Namun dari lima subsektor itu, hanya subsektor tanaman perkebunan rakyat yang mengalami kenaikan NTP, sementara empat lainnya mengalami penurunan.
Rinciannya adalah subsektor tanaman perkebunan rakyat naik 4,07 persen, subsektor tanaman pangan turun 0,74 persen, hortikultura turun 1,34 persen, peternakan turun 0,54 persen, dan subsektor perikanan turun 0,64 persen.
Ia melanjutkan, dari lima subsektor pertanian yang ada di Kaltim, terdapat satu subsektor dengan NTP di bawah angka keseimbangan atau di bawah angka 100, yakni subsektor tanaman pangan dengan NPT 94,18 yang berarti petaninya belum sejahtera. Sedangkan empat lainnya di atas angka keseimbangan, menggambarkan petaninya sejahtera, yakni subsektor hortikultura dengan NTP 103,03, tanaman perkebunan rakyat dengan NTP 156,98.
Kemudian subsektor peternakan dengan NTP sebesar 103,84, subsektor nelayan dan pembudidaya ikan dengan NTP 100,86, atau sedikit di atas angka keseimbangan.
Senada dengan kenaikan NTP, untuk nilai tukar usaha rumah tangga pertanian (NTUP) Provinsi Kaltim pada September juga mengalami peningkatan, yakni naik sebesar 1,59 persen ketimbang Agustus yang tercatat 122,10.
Ia melanjutkan, NTP yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat daya beli petani di perdesaan.
"NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula daya beli petani," ucap Anggoro.