REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian mengatakan para pejabat Amerika Serikat (AS) mencoba membahas memulai kembali pembicaraan nuklir bulan lalu, Sabtu (2/10). Dia bersikeras AS harus terlebih dahulu melepaskan 10 miliar dolar AS dari dana yang dibekukan sebagai tanda niat baik.
Amirabdollahian menyatakan AS menggunakan perantara di PBB bulan lalu untuk mencoba melakukan kontak. "Amerika mencoba menghubungi kami melalui saluran yang berbeda (di Majelis Umum PBB) di New York, dan saya memberi tahu para mediator jika niat Amerika serius maka diperlukan indikasi serius dengan melepaskan setidaknya 10 miliar dolar AS uang yang diblokir," ujar Amirabdollahian
Iran tidak dapat memperoleh puluhan miliar dolar asetnya di bank asing, terutama dari ekspor minyak dan gas, karena sanksi AS terhadap sektor perbankan dan energinya. "Mereka tidak bersedia membebaskan 10 miliar dolar AS milik bangsa Iran sehingga kita dapat mengatakan Amerika sekali dalam beberapa dekade terakhir mempertimbangkan kepentingan bangsa Iran," kata Amirabdollahian dalam wawancara siaran televisi milik pemerintah.
Iran menolak pembicaraan langsung dan pembicaraan tidak langsung dengan AS tentang menghidupkan kembali perjanjian nuklir 2015 yang bertujuan mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir. Namun, Amirabdollahian menegaskan kembali Iran akan segera kembali ke pembicaraan nuklir yang terhenti di Wina, meski menolak memberikan tanggal secara rinci.
Kekuatan Barat telah mendesak Iran kembali ke negosiasi dan mengatakan waktu hampir habis karena program nuklir Teheran maju jauh melampaui batas yang ditetapkan oleh kesepakatan. Teheran mengatakan langkah nuklirnya dapat dibalik jika Washington mencabut semua sanksi. Para pejabat Iran dan Barat mengatakan masih banyak masalah yang harus diselesaikan sebelum kesepakatan itu dapat dihidupkan kembali.