Ahad 03 Oct 2021 12:27 WIB

Pemuda Muhammadiyah Dorong Revolusi Mental Lewat Wirausaha

Muhammadiyah terus ditantang ceta wirausahawan

Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Bali menggelar Seminar Nasional Gerakan Revolusi Mental, Sabtu (2/1O).
Foto: Pemuda Muhammadiyah
Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Bali menggelar Seminar Nasional Gerakan Revolusi Mental, Sabtu (2/1O).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Buya Anwar Abbas mengatakan saat ini generasi muda Muhammadiyah perlu mengasah diri menjadi seorang enterpreneur. Maka mereka harus terus mengasah diri menjadi  wirausaha muda meski suasanya masih di era pandemi. 

"Ini penting sebab sekarang banyak anak muda, khususnya kader muda Muhammadiyah yang justru lebih tertarik bicara politik ketimbang perekonomian Padahal, Muhammadiyah di awal berdirinya justru banyak diisi oleh para pengusaha yang memiliki jiwa pejuang,'' kata Anwar Abbas, pada seminar Seminar Nasional Gerakan Revolusi Mental yang diselenggarakan PPimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Bali, Sabtu (2/10).

Munurut Anwar, sampai hari ini Muhammadiyah memang sudah berperan. Bahkan semenjak dahulu selalu unggul dalam semua lini. " Tapi sekarang agak berubah karena tidak lagi unggul di semua lini. Ini memang bukan berarti tidak maju, tapi gerak orang lain lebih cepat dari Muhammadiyah," paparnya. 

Bahkan, ia menyebutkan walaupun Indonesia merupakan dengan populasi Muslim terbesar di dunia, tetapi justru jumlah pengusaha dari kalangan muslim sangat sedikit. 

"Mayoritas muslim tapi kita tidak menjadi penentu. Dari elit strategis tidak ada umat Islam, 10 orang terkaya hanya Chairul Tanjung, dari 50 orang hanya 5 sampai 6 orang yang Muslim," papar Anwar Abbas.

Bahkan, Buya Anwar sapaan akrab Anwar Abbas, menegaskan bahwa para pengusaha sebagai pemilik kapital dan sumber daya sendiri itulah yang merupakan penentu dari jalannya sebuah negara. 

"Menurut Noam Chomsky, penentu sebuah negeri bukan politisi, birokrat, tentara, atau polisi. Namun itu terletak pada pemilik kapital atau pemilik sumberdaya," tegasnya. 

Sehingga, menurut dia hal ini menjadi tantangan Muhammadiyah untuk dapat mencetak generasi pengusaha muda yang tangguh. "Bagaimana Muhammadiyah bisa menempatkan kader-kadernya di berbagai lini. Sebab, faktanya titik lemahnya adalah pada soal tidak kuasainya elit strategis pengusaha," paparnya. 

 

Seminar yang dihadiri oleh para kader Muhammadiyah se-Bali tersebut merupakan tindak lanjut MoU antara Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dalam Gerakan Nasional Revolusi Mental.

Terkait hal itu, Stafsus Menteri Sosial, Faozan Amar mengatakan Tujuan kegiatan tersebut adalah sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk mendorong agar Muhammadiyah mampu  menghasilkan agen revolusi mental yang berkemajuan. Hasil akhirnya adalah  mampu mendorong pembangunan sumber daya manusia dan kebudayaan Indonesia.

"Turunan dari MoU itu ada kegiatan-kegiatan yang digelar di majelis, lembaga dan organisasi otonom baik di pusat maupun daerah. Kami berharap melalui seminar ini mampu melahirkan jiwa-jiwa wirausaha di kalangan kader muda Muhammadiyah Bali,'' katanya.

Sementara, Ketua PP Pemuda Muhammadiyah, Rachmatulloh Baja menegaskan bahwa pihaknya siap untuk melakukan berbagai kolaborasi dengan berbagai stakeholder untuk mencetak para pengusaha muda, khususnya di bidang digital marketing menyongsong era 4.0.

"Pemuda Muhammadiyah siap berkolaborasi dengan stakeholder digital marketing baik pemerintah maupun swasta. Kami sadar pemuda hari ini akan menjadi pemimpin bangsa di masa depan," tegasnya.

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement