Ahad 03 Oct 2021 12:50 WIB

PM Pakistan: Cepat atau Lambat AS Harus Mengakui Taliban

Sejak Taliban berkuasa, AS memutuskan hubungan dengan Afghanistan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
 Perdana Menteri Pakistan Imran Khan berbicara selama konferensi pers. Ilustrasi.
Foto: AP/Rahmat Gul
Perdana Menteri Pakistan Imran Khan berbicara selama konferensi pers. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengatakan pemerintah Amerika Serikat (AS) harus mengakui Taliban yang sekarang menguasai Afghanistan. Dalam wawancara yang disiarkan televisi TRT World pada Sabtu (2/10), Khan mengatakan AS dalam keadaan terkejut dan kebingungan setelah Taliban mengambil alih Afghanistan pada 15 Agustus.

Dilansir Aljazirah pada Ahad (3/10), Khan juga menyatakan publik AS saat ini mencari kambing hitam atas penarikan pasukan AS dari Afghanistan dan kembalinya Taliban. Selain itu, publik AS secara tidak adil menyalahkan Presiden AS Joe Biden atas penarikan pasukan tersebut.

Baca Juga

Para kritikus menyebut pemerintah yang didukung Barat telah runtuh menyusul keputusan Biden untuk menarik pasukan AS dari Afghanistan.  Meskipun ada tekanan kuat, Biden tetap berpegang teguh pada keputusannya untuk menarik pasukan hingga tenggat waktu 31 Agustus dan mengakhiri perang terpanjang AS di Afghanistan.

Penarikan pasukan AS adalah bagian dari perjanjian dengan Taliban yang ditandatangani di bawah mantan presiden Donald Trump pada 2020. Perjanjian yang ditandatangani di Doha tersebut juga meminta Taliban agar tidak mengizinkan kelompok bersenjata, seperti Alqaeda, menggunakan tanah Afghanistan untuk melakukan serangan terhadap AS dan sekutunya.

Sejak Taliban berkuasa, AS dan lembaga keuangan internasional memutuskan hubungan dengan Afghanistan. AS membekukan aset bank sentral Afghanistan senilai lebih dari sembilan miliar dolar AS. Hal ini telah memicu krisis likuiditas di Afghanistan. Khan menekankan jika AS tidak mencairkan cadangan aset tersebut, maka Afghanistan dapat menghadapi situasi yang kacau.

Khan khawatir krisis ekonomi dan kemanusiaan di Afghanistan akan berdampak pada datangnya gelombang pengungsi. Sejauh ini, Pakistan sudah menampung hampir 3,5 juta pengungsi Afghanistan.

Islamabad dianggap memiliki hubungan yang dekat dengan Taliban. Sebagian besar pemimpin Taliban tinggal di Pakistan selama 20 tahun invasi AS.

Ketika Khan ditanya apakah dia pro-Taliban, Khan menjawab dia tidak sepakat dengan solusi militer untuk menyelesaikan konflik Afghanistan. Khan mengatakan pengakuan bersama terhadap Taliban oleh kekuatan regional dan negara tetangga akan menjadi solusi yang lebih baik.

"Satu-satunya cara untuk menyelesaikan konflik di Afghanistan adalah melalui cara damai," ujar Khan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement