BMKG: Waspadai Gelombang Tinggi Perairan Selatan Jawa
Rep: Bowo Pribadi/ Red: Bayu Hermawan
Logo BMKG | Foto:
REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika kembali mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi di perairan selatan Jawa. Peringatan dini tersebut dikeluarkan guna mengantisipasi tingginya risiko keselamatan pelayaran, termasuk aktivitas nelayan.
Terhitung mulai Ahad (3/10) pukul 07.00 WIB ini, BMKG melalui Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap telah mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi di kawasan Samudera Hindia dan berlaku hingga Selasa (5/10) pukul 007.00 WIB lusa.
Menurut Prakirawan Stasiun meterologi Tunggul Wulung, Nurmaya, pada periode waktu tersebut ketinggian gelombang laut dengan ketinggian berkisar 2,5 hingga 4 meter berpeluang terjadi di perairan selatan Sukabumi, Cianjur, Garut, tasikmalaya, Pangandaran, Cilacap, Kebumen, Purworejo serta parairan selatan Yogyakarta.
Terkait dengan hal itu, BMKG Stasiun meterologi Tunggul Wulung mengingatkan tingginya risiko terhadap keselamatan pelayaran, seperti perahu nelayan apabila kecepatan agin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 meter.
Selain itu juga kapal tongkang jika kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang mencapai di atas 1,5 meter, kapal ferry jika kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 meter.
Termasuk juga untuk kapal ukuran besar (kapal kargo/ kapal pesiar), jika kecepatan angin lebih dari 27 knot serta tinggi gelombang di atas di atas 4 meter. "Kepada masyarakat yang berada dan beraktivitas di perairan selatan Jawa tersebut agar mewaspadai potensi gelombang tinggi tersebut," katanya.
Masih terkait dengan potensi gelombang tinggi di perairan selatan Jawa, dua orang nelayan dilaporkan telah terseret ombak dan tenggelam di Pantai Sumberjati, Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, pada sabtu (2/10) sekitar pukul 10.30 WIB.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Cilacap, I Nyoman Sidakarya mengungkapkan, laporan perihal musibah tersebut diterima Kantor Pencarian dan Pertolongan Basarnas Cilacap diterima dari BPBD Kabupaten Kebuman, Sabtu pukul 12.00 WIB.
"Kejadian itu dialami oleh tiga orang nelayan yang tengah memasang jaring ikan, atas nama Sofyan, Jumiko dan Mugiyono, warga Desa Sumberjati, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen," jelasnya.
Saat musibah terjadi, lanjut Nyoman Sidakarya, Sofyan dan Jumiko sedang memasukkan jaring ke tengah laut sedangkan korban Mugiyono memegang tali jaring di belakang keduannya.
Beberapa saat kemudian Sofyan melepas jaring dan saksi Jumiko mengambil tali tambang di darat, setelah jaring sudah masuk dan telah dikondisikan oleh Sofyan dan Mugiono tiba- tiba datang gelombang tinggi.
"Saat keduanya berupaya naik ke darat, ternyata ada tali jaring yang menyangkut pada kaki kanan Sofyan hingga hempasan gelombang besar tak dapat dihindari, hingga tubuh nelayan tersebut terseret ke tengah laut," ujarnya menambahkan.
Mengetahui hal tersebut, Mugiono dan Jumiko langsung menahan dan mencoba menarik rekannya tersebut ke darat. Namun karena kuatnya arus, kedua orang tersebut tidak kuat dan akhirnya terlepas. Bahkan Mugiono juga ikut terseret arus ke tengah laut. "Atas peristiwa itu, kemudian Jumiko langsung mencari pertolongan kepada warga sekitar dan pihak berwajib," katanya.
Terkait dengan laporan itu, masih kata Nyoman Sidakarya, Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Cilacap ikut menurunkan satu regu untuk melakukan pencarian di lokasi kejadian beserta peralatan lengkap. Pencarian dilakukan dengan melakukan penyisiran darat ke arah barat dan timur dan Pemantauan di sekitar lokasi kejadian.
"Untuk pencarian di laut masih terkendala oleh gelombang pantai selatan yang sedang tinggi," ucapnya.