Senin 04 Oct 2021 09:38 WIB

IHSG Dibuka Menguat Ditopang Saham Energi dan Perbankan

Sejumlah saham perbankan yang menjadi incaran yaitu BBRI, BMRI, BBNI serta BBCA.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona positif pada perdagangan awal pekan ini, Senin (4/10). IHSG menguat ke level 6.234,79 dan terus naik hingga 0,82 persen ke level 6.279,93.
Foto: Antara/Reno Esnir
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona positif pada perdagangan awal pekan ini, Senin (4/10). IHSG menguat ke level 6.234,79 dan terus naik hingga 0,82 persen ke level 6.279,93.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona positif pada perdagangan awal pekan ini, Senin (4/10). IHSG menguat ke level 6.234,79 dan terus naik hingga 0,82 persen ke level 6.279,93. 

Sektor energi masih menopang penguatan pada pembukaan sesi pertama perdagagan dengan saham BUMI menguat 11,76 persen, INDY melesat 9,97 persen, SMMT naik 8,18 persen, ADRO naik 5,34 persen dan PGAS naik 4,69 persen. 

Sementara itu investor asing mencatatkan pembelian bersih sebesar Rp166,40 miliar. Sejumlah saham perbankan yang menjadi incaran yaitu BBRI, BMRI, BBNI serta BBCA. 

Phillip Sekuritas Indonesia memperkirakan IHSG akan cenderung menguat pada perdagangan hari ini. Dari eksternal, IHSG cukup terkerek dengan pergerakan saham utama Wall Street yang ditutup menguat pada akhir pekan lalu. 

"Prospek laju pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat berhasil mengalahkan ketakutan atas tekanan inflasi," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Senin (4/10). 

Data ISM Manufacturing Index secara tak terduga naik level 61,1 di bulan September dari level 59,9 pada bulan sebelumnya. Kenaikan memicu reli pada sejumlah saham perusahaan yang mendapatkan keuntungan atau manfaat dari pembukaan kembali ekonomi AS.

Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury note) turun tiga bps menjadi 1,46 persen meskipun data memperlihatkan inflasi sudah mencapai tingkat yang lebih tinggi di AS dan Eropa. 

Di Eropa, perhitungan awal memperlihatkan inflasi tumbuh dengan laju tercepat sejak 2008. Inflasi naik 3,4 persen di bulan September menyusul pertumbuhan tiga persen pada bulan Agustus. Harga bahan energi lompat 17 persen dalam setahun terakhir di pimpin oleh harga gas alam dan listrik.

Menurut riset, fokus perhatian investor minggu ini akan tertuju pada rilis data Non-Farm Payrolls (NFP) bulan September pada hari Jumat nanti. Investor berharap adanya perbaikan pada NFP setelah keluar mengecewakan di bulan Agustus.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement