Senin 04 Oct 2021 11:11 WIB

Darul Hikam Gelar Diskusi Cegah Komunisme Susupi Pelajar

Penanaman ideologi Pancasila perlu dilakukan terhadap pelajar, mahasiswa, dan pemuda.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Mas Alamil Huda
Ilustrasi komunis.
Foto: google.com
Ilustrasi komunis.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Isu komunisme yang terus mencuat di Indonesia menimbulkan kekhawatiran menyusup ke generasi muda. Oleh karena itu, untuk penguatan nilai-nilai religius dan penanaman ideologi Pancasila perlu dilakukan terhadap para pelajar, mahasiswa, dan pemuda bangsa.

Maka, Pusat Data dan Dinamika Umat (Dinamiku) Darul Hikam bersama MPR RI, SMA Darul Hikam, dan OSIS SMA Darul Hikam menggelar diskusi terbuka dengan mengangkat tema, "Mewaspadai dan Mencegah Bahaya Komunis di Kalangan Remaja-Pelajar serta Pemuda-Mahasiswa" yang digelar secara hybrid (daring dan luring) di Kampus 2 SMA Darul Hikam, akhir pekan lalu.

Menurut Ketua Yayasan Darul Hikam Sodik Mudjahid, diskusi tersebut tidak hanya untuk menjelaskan sejarah dan bahaya komunisme. Tetapi juga, memberikan pemahaman bagaimana mengantisipasi kebangkitannya. 

"Pemahaman yang komprehensif perlu diasah dengan terus menguatkan ajaran Islam, literasi sejarah, dan pendalaman ideologi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," ujar Sodik dalam siaran persnya, Senin (4/10).

Sodik mengatakan, Darul Hikam yang sudah berdiri selama 55 tahun adalah saksi sejarah masa komunisme berjaya. Bahkan, pendiri Darul Hikam, KH E Hasbullah Hafidzi adalah salah seorang ulama yang diincar Partai Komunis Indonesia untuk dieksekusi. 

“Masjid Darul Hikam di Dago adalah masjid pertama yang didirikan setelah komunis kalah. Kalau menang, akan dimanfaatkan PKI. Berdasarkan temuan dokumen rahasia, diketahui bahwa KH Hasbullah Hafidzi adalah tokoh nomor 1 di Bandung Utara yang akan dimasukkan ke lubang buaya di Bandung,“ papar Sodik di hadapan ratusan siswa dari seluruh Indonesia yang menyimak secara hybrid

Menurut ulama asal Bandung ini, watak komunis itu materalistik, tidak memercayai adanya Tuhan. Kalau tidak percaya ada Tuhan, maka tidak ada norma serta tidak percaya surga dan neraka. Komunis itu menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya, juga kebiasaan maling teriak maling. 

“Karena tidak percaya Tuhan, mereka mudah memfitnah dan senang memecah belah bangsa,“ katanya.

Sementara menurut pengamat politik HM Riza Fadillah, pandangan komunisme itu materialistik nirmoral, artinya menuhankan materi dan mengenyampingkan moral. Komunis pun antiagama karena menganggap semua agama adalah ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan.

“Gerakan komunis terjadi tahun 1926, 1948, lalu 1965. Mungkin akan berulang lagi karena tidak berhenti dari aspek-aspek tadi,” katanya.

Sekarang ini, kata Riza, penyusupan paham komunisme sudah ke mana-mana, termasuk pendidikan. Contohnya, masuk kurikulum dalam bentuk moderasi keberagaman. Ini fase pengikisan beragama dan mengambangkan nilai agar bisa masuk ke fase berikutnya, masuk ke ormas dan lembaga lainnya, bahkan isunya masuk ke TNI dengan hilangnya diorama patung Pahlawan Revolusi di Markas Kostrad. 

“Pesan saya kepada pelajar, belajarlah sejarah dengan baik, jangan buta sejarah. Dalam sebuah hadis menyebutkan, muslim jangan terperosok ke lubang yang sama dua kali. Maka, jangan lagi tragedi bangkitnya komunisme terulang kembali. Generasi muda harus mengantisipasi kebangkitan komunisme,” katanya. 

Asosiasi Guru Sejarah Indonesia Sumardiansyah Perdana Kusuma pun menjawab banyak pertanyaan dari para siswa. Dia menekankan banyak sudut pandang dalam melihat komunisme, mulai dari nilai agama, historis, ideologi, dan lain-lain. Dengan penjelasan begitu runut, siswa pun mengaku tercerahkan dan siap meningkatkan literasi sejarah serta penguatan nilai Islam dan ideologi Pancasila untuk membentengi diri dari paham komunisme.

“Maka, rasanya kita sepakat dan itu final bahwa ideologi komunis itu dilarang secara konstitusi. Pengalaman sejarah menguatkan kita agar kita menjaga negeri dari ancaman komunisme,” katanya.

Selain pembicara ahli, Ketua OSIS SMA Darul Hikam Nur Azizah Pratiwi pun cukup lantang menyuarakan penolakan terhadap komunisme, yang kemudian diamini oleh perwakilan siswa-siswa seluruh Indonesia yang bergabung dalam diskusi secara virtual.

“Jelas ajaran PKI sangat bertentangan dengan Pancasila sebagai ideologi dan Islam sebagai agama. Maka, kita harus memperbanyak literasi lagi dengan memfilter informasi agar terhindar dari hoax PKI,” katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement