Senin 04 Oct 2021 11:46 WIB

Kanselir Jerman Emosional Serukan Toleransi

Angela Merkel membawa pesan toleransi di tahun terakhirnya sebagai kanselir Jerman

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Kanselir Jerman Angela Merkel menjawab pertanyaan wartawan tentang situasi saat ini di Afghanistan dalam konferensi pers di kanselir di Berlin, Jerman, Kamis, 26 Agustus 2021.
Foto: AP/Wolfgang Kumm/Pool DPA
Kanselir Jerman Angela Merkel menjawab pertanyaan wartawan tentang situasi saat ini di Afghanistan dalam konferensi pers di kanselir di Berlin, Jerman, Kamis, 26 Agustus 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, HALLE -- Kanselir Jerman Angela Merkel mendesak Jerman untuk menempa masa depan bersama yang mengacu pada latar belakang yang beragam, Ahad (3/10). Dia mengingat kembali keputusan 2015 untuk menerima satu juta pengungsi yang merupakan momen menentukan dari jabatan kanselirnya yang panjang.

Merkel tampak hampir menangis selama pidato untuk menandai peringatan 31 tahun reunifikasi yang mungkin menjadi yang terakhir sebelum mundur. Dia mengatakan kebebasan yang datang dengan reunifikasi Jerman 31 tahun lalu telah membawa begitu banyak peluang baru bagi orang-orang dari bekas Komunis Timur, tempat dia dibesarkan. Namun menurutnya, banyak dari mereka tiba-tiba menemukan diri mereka di jalan buntu.

Baca Juga

Dengan suara yang terdengar emosional, Merkel mengingat seorang jurnalis menulis tahun lalu dia bukanlah orang Jerman sejati. Kritik ini muncul setelah dia mengatakan kepada wartawan pada 2015 bahwa jika warga Jerman mulai meminta maaf dengan menunjukkan wajah ramah selama krisis pengungsian, maka ini bukan negaranya.

"Apakah ada dua jenis orang Jerman dan Eropa, yang asli dan yang diakuisisi, yang harus membuktikan afiliasi mereka setiap hari lagi dan dapat gagal dalam ujian dengan kalimat seperti yang ada di konferensi pers?" kata Markel bertanya.

Krisis pengungsi 2015 terjadi usai Merkel membuka pintu Jerman bagi sekitar satu juta migran yang melarikan diri dari perang dan kemiskinan di Timur Tengah. Keputusan itu adalah tindakan paling kontroversial pada masa kekuasaannya dan memicu kebangkitan Alternatif sayap kanan untuk Jerman (AfD).

"Apa negara saya? Setiap individu harus dapat merasa didengar dan dimiliki," ujar Markel dalam pidatonya.

Baca juga : Topan Shaheen Menewaskan Sembilan Orang

Markel menyerukan Jerman membentuk masa depan bersama. "Bersikaplah terbuka untuk bertemu, ingin tahu tentang satu sama lain, saling menceritakan kisah Anda, dan mentolerir perbedaan Anda. Ini adalah pelajaran dari 31 tahun persatuan Jerman," katanya.

Merkel menggambarkan keputusannya tahun lalu, pada peringatan 30 tahun reunifikasi Jerman, untuk membatasi kebebasan sipil. Upaya itu ditempuh guna mengekang penyebaran virus corona sebagai salah satu pengalaman paling sulit pada masanya sebagai kanselir.

Sosok Merkel mengambil alih kekuasaan pada 2005. Dia berencana untuk mundur begitu pemerintahan baru terbentuk setelah pemilihan pada pekan lalu.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement