Senin 04 Oct 2021 14:31 WIB

Melindungi Hajat dari Keburukan

Bagaimana cara melindungi hajat dari orang-orang yang iri

Rep: Andrian Saputra/ Red: A.Syalaby Ichsan
Melindungi hajat dari keburukan (ilustrasi)/ Umat Islam berdoa usai menunaikan shalat Jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (20/8/2021). Pengurus Masjid Istiqlal kembali membuka pelaksanaan ibadah shalat Jumat setelah ditutup selama masa PPKM Darurat hingga masa perpanjangan saat ini dengan ketentuan jumlah jamaah dibatasi sebanyak 25 persen dari kapasitas masjid dan jamaah wajib menunjukkan kartu vaksin.
Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra
Melindungi hajat dari keburukan (ilustrasi)/ Umat Islam berdoa usai menunaikan shalat Jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (20/8/2021). Pengurus Masjid Istiqlal kembali membuka pelaksanaan ibadah shalat Jumat setelah ditutup selama masa PPKM Darurat hingga masa perpanjangan saat ini dengan ketentuan jumlah jamaah dibatasi sebanyak 25 persen dari kapasitas masjid dan jamaah wajib menunjukkan kartu vaksin.

REPUBLIKA.CO.ID, Setiap manusia berharap agar hajatnya bisa terwujud dengan cepat. Namun demikian dalam perjalanannya terkadang ada saja orang-orang yang iri dan berupaya untuk menggagalkannya. Karena itu, sebagai Muslim perlu mengetahui cara melindungi hajat diri dari keburukan orang lain yang berupaya menggagalkannya.  

Dewan Pakar Pusat Studi Alquran (PSQ) Jakarta yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Pasca Tahfidz Bayt Alquran, KH. Muhammad Arifin menjelaskan dalam kitab Nashaih al ibad diterangkan bahwa merahasiakan hajat akan dapat membantu cepat tercapainya hajat tersebut.

Keterangan ini juga sesuai dengan hadits Rasulullah yang diriwayatkan Thabrani. Di mana Rasulullah menyampaikan agar membantu kelancaran hajat dengan cara merahasiakannya. Sebab setiap orang yang mendapatkan nikmat akan menjadi sasaran orang-orang yang hasad.

Kiai Arifin mencontohkan ketika seseorang berhajat untuk menimba ilmu di luar negeri, maka jangan terburu-buru untuk mengumumkan kepada orang lain hingga terlaksananya. Dia sebaiknya  merahasiakannya hingga hajatnya itu terwujud. Sebab boleh jadi hajat itu diketahui orang jahat dan iri yang berupaya menggagalkan atau mengolok-olok ketika hajat tersebut tidak terwujud. 

"Karena itu merahasiakan rencana itu akan semakin baik supaya rencana itu sukses. Jangan buru-buru mengumumkan rencana yang belum pasti. Disimpan saja, lakukan langkah-langkah sampai betul-betul sudah terbukti baru kita sampaikan pada orang lain," kata kiai Arifin dalam kajian virtual Bayt Alquran beberapa waktu lalu.

Kiai Arifin menilai pada masa kini orang-orang dengan mudah membagikan rencananya atau hajat besarnya di media sosial dengan harapan menarik perhatian pengguna medsos lainnya. Tak sedikit dari mereka yang mengunggah hajatnya di medsos menjadi bahan olok-olok sebagian pengguna medsos lainnya ketika hajatnya itu tidak terealisasikan. Maka dari itu, ujar dia, merahasiakan hajat lebih baik sambil terus berusaha, berdoa dan bertawakal kepada Allah. 

Dalam kajian tersebut, Kiai Arifin yang juga alumni Universitas Al Azhar Kairo, Mesir dan Pondok Pesantren Darussalam Gontor, Ponorogo menjelaskan cara agar melindungi harta sehingga tidak berkurang nilainya. Yaitu dengan bersedekah. Dalam Nashaih al ibad dijelaskan bahwa bersedekah itu melindungi harta. 

Pada hakikatnya, seseorang yang bersedekah telah melindungi hartanya dari potensi-potensi dipergunakan pada perkara-perkara yang munkar, kehilangan, atau pun pencurian. Harta yang disedekahkan terselamatkan sehingga akan ditemukan pahalanya di akhirat. 

Lebih dari itu, dalam keterangan hadis disebutkan bahwa setiap hari para malaikat mendoakan orang-orang yang bersedekah agar bertambah hartanya dan mendoakan orang yang pelit agar menemui kehancuran. Selain itu, Kiai Arifin menjelaskan, sedekah juga menjadi cara cepat agar tercapainya sebuah hajat. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Al Lail ayat 5-7 menjelaskan bahwa orang yang bersedekah akan mendapatkan kemudahan dalam urusannya. 

Lebih lanjut, Kiai Arifin juga menjelaskan di antara perkara yang dapat melindungi diri dari amal yang sia-sia adalah dengan amal yang dikerjakan adalah dengan ikhlas. Orang yang menyandarkan amalnya ikhlas semata-mata karena Allah maka akan memperoleh kelapangan hati, kebahagiaan dan pahala dari Allah. Sementara amal yang dikerjakan karena untuk mendapatkan apresiasi makhluk maka akan sia-sia dan memperoleh kekecewaan. Sementara itu, Kiai Arifin menjelaskan perkara yang dapat melindungi diri dan ucapan adalah kejujuran. Orang yang jujur akan terlindung dan selamat ketika terjadi konflik. Sebab orang-orang akan lebih mempercayainya karena selalu berkata jujur. 

Sementara itu, diantara perkara lainnya yang dijelaskan Nashaih al ibad sehingga dapat melindungi diri dari olok-olok orang lain dalam pergaulan adalah dengan bermusyawarah atau meminta pendapat orang lain ketika hendak mengambil tindakan. " Dalam pergaulan ketika ingin melakukan sesuatu apalagi itu ada pengaruhnya terhadap orang banyak maka perlu ajak bicara orang lain. Berbeda ketika dikerjakan sendiri, begitu salah langkah kemudian banyak orang mencemooh," kata dia. 

 

 
 
 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement