REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Sejumlah sekolah di Kota Depok, Jawa Barat, mulai menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Para pelajar tampak antusias kembali ke sekolah, setelah hampir dua tahun belajar secara daring karena pandemi Covid-19.
Seorang siswa SMA Negeri 3 Depok, kelas X MIPA 1, Zaky Mahendara, mengatakan dengan sudah bisa PTM kini bisa kembali berjumpa dengan guru dan teman-temannya. "Senang ke sekolah, ketemu teman-teman, ketemu guru dan bermain di sekolah," ujar Zaky saat dikunjungi Wakil Wali Kota Depok, Imam Budi Hartono di SMAN 3 Depok, Senin (4/10).
Menurut Zaky, selama pembejalaran secara dalam jaringan (daring), cukup mengalami beberapa kesulitan. Seperti jaringan internet yang sering mengalami masalah hingga sulit memahami meteri yang diajarkan oleh sang guru.
"Kalau PTM sekarang jauh lebih paham dan bisa tanya langsung," jelasnya.
Seorang siswa SMPN 1 Depok, Rifqi Aditya mengaku dengan PTM bisa mengatasi kesulitannya dalam belajar, meski ada sedikit rasa khawatir kerena digelar dalam situasi pandemi Covid-19.
"Rasa takut ada, khawatir juga ada, takutnya ada varian Covid-19 baru lagi, tapi Insya Allah bisa dicegah dengan prokes yang ketat," ujarnya.
Wakil Wali Kota Depok, Imam Budi Hartono mengatakan, seluruh satuan pendidikan, mulai dari jenjang TK, SD, SMP hingga SMA serentak menggelar PTMT Terbatas sudah dimulai pada Senin (4/10). Selama PTM Terbatas hanya siswa yang sehat yang diperbolehkan mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah.
"Siswa yang bergejala sakit sudah jelas tidak boleh masuk sekolah," ucapnya.
Menurut Imam, setiap sekolah termasuk di SMPN 1 Depok memiliki ruang isolasi mandiri. Ruangan ini digunakan bagi siswa yang tidak dalam kondisi fit ketika mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. "Nanti juga akan dilakukan swab antigen secara berkala. Namun, saat ini sepertinya belum karena anak-anak juga baru selesai divaksin," jelasnya.
Imam juga mengapresiasi penerapan protokol kesehatan (prokes) di SMP Negeri 1 Depok dan SMP Kasih. Setiap sudut dari kedua sekolah tersebut dilengkapi wastafel atau tempat cuci tangan hingga hand sanitizer.
"Siswa yang mengikuti kegiatan belajar mengajar hanya 50 persen. Seluruh siswa juga membawa botol minum dari rumah, sapu tangan, tisu, dan perlengkapan lainnya selama di sekolah," katanya.