Senin 04 Oct 2021 20:22 WIB

Selandia Baru Ubah Strategi untuk Hadapi Varian Delta

Selandia Baru mengubah strategi nol kasus Covid-19 menjadi pemberantasan agresif

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern berpidato pada konferensi pers. Ilustrasi.
Foto: Mark Mitchell/Pool Photo via AP
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern berpidato pada konferensi pers. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, AUCKLAND -- Selandia Baru pada Senin (4/10) mengubah strategi untuk menghadapi penyebaran Covid-19, khususnya varian Delta yang semakin meluas. Tahun lalu, Selandia Baru merupakan salah satu negara yang berhasil menurunkan kasus Covid-19.

Selandia Baru berhasil mencatat nol kasus Covid-19 tahun lalu dan mengklaim sebagai negara yang bebas virus corona. Namun kemunculan varian Delta pada pertengahan Agustus lalu telah membuat pemerintah kewalahan karena tingkat penyebarannya sangat cepat.

Baca Juga

“Dengan wabah ini dan (varian) Delta kembali ke nol (kasus Covid-19) sangat sulit,” ujar Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern.

Ardern mengatakan pemerintah melakukan pendekatan yang berbeda dalam menangani varian Delta. "Ini adalah perubahan dalam pendekatan yang selalu kami lakukan dari waktu ke waktu. Wabah Delta telah mempercepat transisi ini dan vaksin akan mendukungnya,” ujar Ardern.

Ardern mengatakan pemerintah akan melonggarkan karantina wilayah di Auckland pada Rabu mendatang. Pemerintah telah memberlakukan karantina wilayah di Auckland selama 50 hari karena sebagian besar kasus baru Covid-19 muncul di wilayah tersebut.

Perubahan strategi terjadi ketika Selandia Baru mencatat 29 kasus Covid-19 baru pada Senin. Sehingga jumlah total kasus saat ini menjadi 1.357.  

Di tengah tekanan yang meningkat, Ardern mengatakan strateginya yaitu tidak menargetkan nol kasus tetapi membasmi virus corona secara agresif. Dia mengatakan karantina ketat akan berakhir setelah 90 persen dari populasi yang memenuhi syarat, telah mendapatkan vaksinasi lengkap. Sejauh ini, sekitar dua juta warga Selandia Baru atau 48 persen dari populasi yang memenuhi syarat telah mendapatkan vaksinasi lengkap.

"Periode pembatasan yang panjang tidak membuat kami mencapai nol kasus. Jadi, kita bisa mulai mengubah cara kita melakukan sesuatu,” kata Ardern.

Tahun lalu, Ardern menggunakan strategi karantina ketat dan isolasi geografis di Selandia Baru untuk menghilangkan virus corona. Strategi ini merupakan suatu prestasi yang membuat popularitas Ardern semakin menanjak. Namun peluncuran vaksin yang lamban dan wabah Delta yang terus-menerus tahun ini telah merusak popularitas Ardern.

Profesor Universitas Auckland, Shaun Hendy, mengatakan kebijakan pemerintahan Ardern melonggarkan karantina di Auckland akan mengarah pada penyebaran yang lebih besar. Selain itu, kebijakan tersebut dapat meningkatkan jumlah kasus dalam beberapa pekan mendatang.

“Pemerintah akan berharap pertumbuhan kasus melambat sehingga vaksinasi dapat mendahului wabah. Namun hal ini memberikan tekanan yang signifikan pada sistem pengujian dan penelusuran kami, belum lagi rumah sakit kami,” kata Hendy.

Partai politik di kedua belah pihak mengecam kebijakan untuk melonggarkan karantina di Auckland. Sementara mitra koalisi Partai Buruh Ardern, Greens, mengatakan langkah itu dapat membahayakan komunitas dan anak-anak yang rentan.

"Jacinda Ardern tidak memiliki jawaban atas masalah yang dia janjikan kepada kami untuk dikendalikan. Situasinya sekarang, sangat jelas, di luar kendali dan memburuk setiap hari," kata pemimpin Partai Nasional Oposisi, Judith Collins.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement