Selasa 05 Oct 2021 09:45 WIB

IHSG Diperkirakan Melemah Tertekan Sentimen Global

IHSG sempat dibuka melemah ke level 6.337,32.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Pekerja membersihkan patung banteng dengan latar belakang layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/9/2021). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak variatif pada perdagangan pagi hari ini, Selasa (5/10).
Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra/wsj.
Pekerja membersihkan patung banteng dengan latar belakang layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/9/2021). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak variatif pada perdagangan pagi hari ini, Selasa (5/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak variatif pada perdagangan pagi hari ini, Selasa (5/10). IHSG sempat dibuka melemah ke level 6.337,32 dan sesaat kemudian menguat 0,10 persen ke posisi 6.348,82. 

Indeks saham domestik diperkirakan cenderung turun pada hari ini karena mendapat tekanan dari sentimen global. Hal tersebut sejalan dengan pasar saham global yang bergerak melemah. 

Indeks saham di Asia dibuka turun mengikuti penurunan tajam yang dialami indeks saham utama di Wall Street semalam. "Hal ini seiring dengan kenaikan imbal hasil obligasi yang mempercepat rotasi keluar dari saham-saham teknologi," demikian diterangkan dalam riset Phillip Sekuritas Indonesia, Selasa (5/10). 

Menurut riset, investor menantikan data eknomi terkini dan laporan keuangan emiten. Investor cukup khawatir terhadap gangguan rantai pasok (supply chain), tekanan inflasi dan kondisi pemulihan pasar tenga kerja AS. 

Meskipun hanya beberapa emiten yang merilis laporan keuangan, data ini dapat memberi waktu bagi investor untuk mempersiapkan diri menghadapi musim laporan keuangan kuartal III 2021. Para analis memproyeksikan pertumbuhan laba S&P 500 sebesar 27 persen yoy di kuartal III 2021. 

Di pasar obligasi, imbal hasil surat utang Pemerintah AS (US Treasury notes) bertenor 19 tahun naik 2,4 bps menjadi 1,49 persen. Investor mengantisipasi rilis data Non-Farm Payrolls (NFP) bulan September pada Jumat nanti yang dapat membuka jalan bagi penarikan (tapering) paket stimulus moneter oleh bank sentral AS (Federal Reserve). 

Di pasar komoditas, harga minyak mentah terbang lebih dari 2 persen setelah OPEC+ setuju untuk menjalankan kesepakatan yang sudah ada, yaitu menambah produksi sebesar 40 ribu barel per hari di November.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement