REPUBLIKA.CO.ID, SERPONG – Dugaan pencemaran limbah Sungai Cisadane berupa perubahan air berwarna merah seperti darah terjadi di kawasan Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel), Banten. Warga sekitar mengungkapkan kejadian itu berkaitan dengan kegiatan pengolahan daur ulang plastik yang ada di dekat bibir kali.
Pengamatan Republika di lokasi, yakni Sungai Cisadane di Kecamatan Serpong pada Senin (4/10) siang, kondisi air sungai tak lagi berwarna merah, seperti tergambar dalam video yang viral di media sosial belakangan ini. Tak jauh dari sisi kali, sekitar 10 meter tampak adanya tumpukan plastik yang berada di sebuah lokasi pengepulan.
Di dekat lokasi pengepulan plastik itu, terdapat pipa yang bermuara ke arah Sungai Cisadane. Aliran air dari pipa tersebut mengarah hanya ke satu sisi, yakni ke kali.
Pada saat itu, warna air yang bergerak dari sisi pipa menuju ke Sungai Cisadane berwarna kehijau-hijauan, lantas bercampur dan berbaur dengan air Sungai Cisadane yang berwarna kecoklatan.
Di sekitar sungai terlihat pula sejumlah warga yang tengah memancing ikan. Seorang warga, sebut saja Gina mengungkapkan, air berwarna merah yang mengalir ke Sungai Cisadane di lokasi tersebut berasal dari pipa milik tempat usaha pengolahan atau pencucian plastik yang berlokasi di dekat kali.
Dia yang kerapkali memancing di titik tersebut menyebut kejadian itu terbilang parah dibandingkan hari-hari biasanya. “Parah itu mah (banyaknya cairan limbah yang mengalir ke Sungai Cisadane). Tumben tuh begitu, biasanya dikit. Tapi enggak lama sih merahnya, airnya kan kencang (arusnya),” kata Gina.
Dia menjelaskan, memang biasanya ada cairan limbah yang mengalir dari lokasi tempat pencucian plastik. Menurutnya warna cairan limbahnya berbeda-beda, mulai dari cokelat hingga merah. Dan bahkan limbahnya berupa buih.
Selain warna yang beragam, G menuturkan juga ada bau yang keluar dari cairan limbah tersebut. “Biasa (bau), cuma kemarin (sewaktu berwarna merah pekat) parah banget. Bau. Iya (bau obat) dia pakai kimia kali, kan plastik,” ujar dia.
Kondisi itu, kata dia, menyebabkan ikan menjauh dari lokasi biasanya dia memancing. Sehingga, ikan yang diperolehnya saat kegiatan memancing, menjadi lebih sedikit dari biasanya.
“Ikannya menjauh ada, biasanya kan ngumpul di situ. Tapi enggak (bau ikannya),” tuturnya.
Menurut penuturannya, kegiatan pencucian plastik di dekat Sungai Cisadane tersebut dilakukan sejak pagi hingga sore hari. Biasanya dia mendengar ada mesin yang berbunyi, lalu mengeluarkan cairan limbah dari pipa yang bergerak ke arah sungai.
Dia menyebut, sejak kejadian viral adanya limbah berupa air berwarna merah yang mencemari Sungai Cisadane, suara mesin dari tempat pengolahan plastik tersebut tidak lagi terdengar. “Semenjak itu kemarin merah sudah enggak bunyi. Enggak ada (operasi),” kata dia.