Selasa 05 Oct 2021 16:15 WIB

Taiwan Jatuh ke China Dinilai Bahayakan Perdamaian Asia

Presiden Tsai Ing-wen memperingatkan konsekuensi jika Taiwan jatuh ke China

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menyampaikan pidato utama selama upacara peresmian kapal perang Ta Jiang buatan dalam negeri di pangkalan angkatan laut Suao di kabupaten Yilan, Taiwan, Kamis, 9 September 2021.
Foto: AP/Chiang Ying-ying
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menyampaikan pidato utama selama upacara peresmian kapal perang Ta Jiang buatan dalam negeri di pangkalan angkatan laut Suao di kabupaten Yilan, Taiwan, Kamis, 9 September 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Presiden Tsai Ing-wen memperingatkan ada konsekuensi bencana bagi perdamaian di Asia jika Taiwan jatuh ke tangan China. Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Tsai dan diterbitkan pada Selasa (5/10), dia mengatakan Taiwan akan melakukan apa pun untuk mempertahankan diri jika ada ancaman.

"Dan mereka harus ingat bahwa jika Taiwan jatuh, konsekuensinya akan menjadi bencana besar bagi perdamaian regional dan sistem aliansi demokrasi. Ini akan menandakan bahwa dalam kontes nilai global saat ini, otoritarianisme berada di atas demokrasi,” ujar Tsai.

Baca Juga

China mengklaim Taiwan sebagai wilayah kedaulatannya. Taiwan telah menghadapi peningkatan tekanan besar-besaran dari Beijing sejak Jumat lalu. Sebanyak 148 pesawat angkatan udara China terbang ke zona pertahanan udara Taiwan selama empat hari.

China menyalahkan Amerika Serikat (AS) atas meningkatnya ketegangan dengan Taiwan. AS merupakan negara yang memberikan dukungan penting dan memasok senjata ke Taiwan. China meyakini Tsai adalah bagian dari kelompok separatis karena menolak klaim Taiwan adalah bagian dari kedaulatan China. Selain itu, Tsai juga telah memutus dialog dengan China.

Tsai mengatakan Taiwan adalah negara yang merdeka dan sangat demokratis. Taiwan dipengaruhi oleh peradaban China dan dibentuk oleh tradisi Asia. Menurutnya Taiwan tidak mencari konfrontasi militer dan menginginkan hidup berdampingan secara damai, stabil, dapat diprediksi, dan saling menguntungkan dengan negara tetangganya.

“Namun jika demokrasi dan cara hidupnya terancam, Taiwan akan melakukan apa pun untuk mempertahankan diri,” kata Tsai.

Tsai menyebut rakyat Taiwan akan bangkit jika keberadaan mereka terancam. Dia menegaskan demokrasi tidak dapat dinegosiasikan.

Tsai mengulangi seruan untuk melakukan pembicaraan dengan China, asalkan dialog tersebut menyoroti semangat kesetaraan dan tanpa prasyarat politik. Namun hal ini telah berulang kali ditolak oleh Beijing.

“Di tengah gangguan hampir setiap hari oleh Tentara Pembebasan Rakyat, posisi kami dalam hubungan lintas selat tetap konstan. Taiwan tidak akan tunduk pada tekanan, tetapi juga tidak akan berubah menjadi petualang, bahkan ketika ia mengumpulkan dukungan dari komunitas internasional," ujar Tsai.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement