REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Curah hujan dengan intensitas tinggi memicu Sungai Kandilo dan Sungai Sakerau, di Paser, Kalimantan Timur, meluap dan tidak mampu menampung debit air. Akibatnya, banjir di wilayah Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, tak terhindarkan.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Paser melaporkan, selain luapan dua sungai tersebut, banjir juga disebabkan oleh adanya air kiriman dari wilayah hulu sungai. Selain itu, minimnya daerah resapan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kandilo dan Sungai Sakeau kian memperparah banjir.
"Data sementara yang dihimpun, banjir telah berdampak kepada 152 KK/717 jiwa yang tinggal di tiga kecamatan, masing-masing Kecamatan Long Ikis, Kecamatan Muara Komam, dan Kecamatan Batu Sopang. Kurang lebih sebanyak 450 jiwa terpaksa harus mengungsi ke rumah kerabat masing-masing," kata Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, Selasa (5/10).
Sementara itu, kerugian materil hingga saat ini tercatat ada 230 unit rumah terendam banjir dengan Tinggi Muka Air (TMA) 100-150 meter, satu unit rumah rusak berat, akses jalan terputus dan beberapa fasilitas umum dan pendidikan juga terdampak banjir.
BPBD Kabupaten Paser juga telah melakukan kaji cepat dan koordinasi bersama instansi terkait guna percepatan penanganan banjir di Kabupaten Paser. Beberapa posko bantuan dan koordinasi telah didirikan untuk memudahkan penanggulangan bencana yang dipicu oleh faktor cuaca tersebut.
Bantuan logistik, kebutuhan dasar dan air bersih juga telah didistribusikan oleh BPBD Kabupaten Paser, termasuk evakuasi warga ke lokasi yang lebih aman. Kondisi mutakhir yang dilaporkan tim BPBD Kabupaten Paser, debit air di Kecamatan Muara Komam terpantau mengalami kenaikan, namun di Kecamatan Long Ikiss sudah mulai surut.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan informasi prakiraan cuaca yang menyebutkan bahwa hujan dengan intensitas tinggi yang dapat disertai petir dan angin kencang berpotensi terjadi di wilayah Provinsi Kalimantan Timur hingga Senin (11/10), menyusul adanya bibit siklon tropis yang tumbuh di belahan bumi utara.
Atas dasar informasi prakiraan cuaca dari BMKG tersebut, maka Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta kepada pemerintah daerah agar dapat membuat kebijakan yang dianggap perlu dalam kaitan mitigasi bencana dan peningkatan kapasitas masyarakat. Di samping itu, masyarakat diharapkan tidak panik dan dapat mengakses informasi prakiraan cuaca dari BMKG serta memonitor kajian risiko bencana melalui inaRisk BNPB.