Rabu 06 Oct 2021 08:11 WIB

Rencana Produksi OPEC Plus tak Berubah, Harga Minyak Naik

OPEC Plus sepakat tetap meningkatkan produksi sebesar 400.000 barel per hari.

Ilustrasi Kilang Minyak. Harga minyak kembali melonjak pada akhir perdagangan Selasa (5/10), dengan minyak mentah AS mencapai level tertinggi sejak 2014 dan Brent naik ke level tertinggi tiga tahun.
Foto: Reuters/Shamil Zhumatov
Ilustrasi Kilang Minyak. Harga minyak kembali melonjak pada akhir perdagangan Selasa (5/10), dengan minyak mentah AS mencapai level tertinggi sejak 2014 dan Brent naik ke level tertinggi tiga tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak kembali melonjak pada akhir perdagangan Selasa (5/10), dengan minyak mentah AS mencapai level tertinggi sejak 2014 dan Brent naik ke level tertinggi tiga tahun. Kenaikan terjadi setelah kelompok produsen OPEC Plus tetap pada rencana peningkatan produksinya daripada menaikkannya lebih lanjut.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman November bertambah 1,31 dolar AS atau 1,7 persen, menjadi menetap di 78,93 dolar AS per barel. Selama sesi harga minyak WTI melonjak lebih dari 2,0 persen hingga setinggi 79,48 dolar AS, terbesar dalam hampir tujuh tahun.

Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember terangkat 1,30 dolar AS atau 1,6 persen, menjadi ditutup di 82,56 dolar AS per barel. Sebelumnya, Brent sempat mencapai level tertinggi tiga tahun di 83,13 dolar AS per barel.

Kedua kontrak memperpanjang keuntungan yang dibuat pada Senin (4/10), ketika WTI melonjak 2,3 persen dan Brent melonjak 2,5 persen.

Pada Senin, OPEC Plus sepakat mematuhi pakta Juli untuk tetap meningkatkan produksi sebesar 400.000 barel per hari (bph) setiap bulan hingga setidaknya April 2022. Ini menghapus 5,8 juta barel per hari dari pengurangan produksi yang ada.

"Pasar menyadari kita akan kekurangan pasokan untuk beberapa bulan ke depan dan OPEC tampaknya senang dengan situasi itu," kata Analis Price Futures Group, Phil Flynn, di Chicago.

Harga minyak telah melonjak lebih dari 50 persen tahun ini, menambah tekanan inflasi yang dikhawatirkan negara-negara konsumen minyak mentah seperti Amerika Serikat dan India akan menggagalkan pemulihan dari pandemi COVID-19.

Akhir bulan lalu, Komite Teknis Bersama OPEC Plus (JTC) mengatakan pihaknya memperkirakan defisit pasokan 1,1 juta barel per hari tahun ini, yang bisa berubah menjadi surplus 1,4 juta barel per hari tahun depan. Kelompok ini secara bertahap mengurangi rekor pengurangan produksi yang dibuat tahun lalu dan beberapa analis memperkirakan bahwa aliansi akan memperluas produksinya ke tingkat yang lebih besar untuk mengekang harga.

Meskipun ada tekanan untuk meningkatkan produksi, OPEC Plus khawatir bahwa gelombang global keempat infeksi COVID-19 dapat menekan pemulihan permintaan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement