REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Buya Syafii Maarif meminta para pemuda serius ikut serta mengurus negara. Kalau tidak mau Indonesia dikuasai kekuataan asing. Ajakan tersebut disampaikan dalam Sarasehan Sinergi Pembumian Pancasila Bersama Organisasi Masyarakat Bidang Kepemudaan dan Kebangsaan di Jakarta, Selasa (5/10).
"Ini rintihan saya sebagai orang tua. Sila kedua dan kelima Pancasila paling menderita. Tanah kita dikuasai asing dan penguasa domestik," seru Buya via daring kepada puluhan pengurus ormas kepemudaan.
Ia berharap banyak dari sinergitas BPIP dan para pemuda. Agar nilai-nilai luhur Pancasila tidak 'digantung di langit tinggi'. Untuk menghadapi tantangan bangsa, pandemi, dan pembumian Pancasila. "Generasi muda bukan gagal, tapi belum berhasil membantu rakyat jelata, membawa Indonesia lebih baik. Peran perguruan tinggi, profesor, orang-orang pintar, belum bisa diharapkan," kata Buya.
Ia menebak 'kelompok ideologi impor' tidak akan berdaya lagi. Kalau para pemuda bersatu menegakkan Keadilan Sosial.
Di tempat yang sama, Wakil Kepala BPIP Haryono menilai pihaknya tidak ingin memonopoli pembumian Pancasila. Harus dikerjakan bareng organisasi kepemudaan agar aktual, inovatif, dan kreatif. "Mari merubah masa depan lebih baik. Optimis Pancasila tegak berdiri sehingga bangsa ini merdeka, adil, dan makmur," bebernya.
Haryono menekankan disiplin waktu sebagai salah satu tindakan sederhana tapi riil dalam aktualisasi Pancasila. "Apa mungkin bangsa maju kalau kita tidak disiplin?" tanya dia.
Sarasehan ini digelar secara langsung dan daring. Diikuti oleh para kedeputian BPIP serta para pengurus ormas kepemudaan antara lain PB HMI, PMKRI, DPP GMNI, DPP GPP dan IMM. Mereka juga menandatangani Nota Kesepahaman dan berdiskusi panel.