Rabu 06 Oct 2021 11:39 WIB

Penasihat Keamanan AS Bertemu Pejabat Tinggi China

Pembicaraan itu akan menjadi tindak lanjut dari panggilan Joe Biden dan Xi Jinping

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Pembicaraan itu akan menjadi tindak lanjut dari panggilan Joe Biden dan Xi Jinping. Ilustrasi.
Foto: AP Photo/Kin Cheung
Pembicaraan itu akan menjadi tindak lanjut dari panggilan Joe Biden dan Xi Jinping. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan melakukan pembicaraan dengan penasihat kebijakan luar negeri senior China, Yang Jiechi, di Swiss. Pertemuan itu dijadwalkan akan dilakukan di Zurich pada Rabu (6/10).

Pembicaraan itu akan menjadi tindak lanjut dari panggilan Presiden Amerika Serikat (AS) Biden dengan Presiden China Xi Jinping bulan lalu. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih Emily Horne menyatakan pemerintah Washington terus berusaha mengelola persaingan secara bertanggung jawab antara kedua negara. Pejabat pemerintah telah menyatakan frustrasi karena interaksi dengan pejabat tinggi China di awal pemerintahan kurang konstruktif.

Baca Juga

Pada Juni, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Yang mengadakan panggilan telepon yang tegang. Beijing mengatakan kepada Washington untuk berhenti mencampuri urusan dalam negerinya dan menuduh Washington mempolitisasi pencarian asal mula pandemi Covid-19.

Sullivan dan Blinken juga memiliki pertukaran panas dengan Yang ketika bertemu pada Maret dengan pejabat tinggi China di Anchorage. Pada pertemuan itu, Yang menuduh AS gagal menangani masalah hak asasi manusianya sendiri dan mempermasalahkan yang dikatakannya sebagai kemunafikan AS.

Serangan terbaru terjadi setelah Taiwan mengajukan diri untuk bergabung dengan pakta perdagangan regional utama. Beijing dengan keras menentang upaya Barat yang menawarkan wilayah kepulauan itu status negara berdaulat dan telah menyatakan penentangannya terhadap aplikasi tersebut.

Baca juga : Kementerian BUMN akan Tutup 7 BUMN Sekarat Tahun Ini

China mengklaim Taiwan yang memerintah secara demokratis sebagai wilayahnya sendiri untuk dikendalikan secara paksa jika perlu. Beijing menolak untuk mengakui pemerintah Taipei dan semakin berusaha untuk mengisolasi pemerintahan Presiden Tsai Ing-wen yang condong pada kemerdekaan.

Di bawah kebijakan lama, AS memberikan dukungan politik dan militer untuk Taiwan, tetapi tidak secara eksplisit berjanji untuk mempertahankannya dari serangan China. Ditanya tentang lonjakan provokasi baru-baru ini oleh jet tempur China, Biden mencatat dia sebelumnya telah berbicara dengan Xi tentang Taiwan. Namun, dia menegaskan pemerintahannya bermaksud untuk mematuhi perjanjian Taiwan.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement