Rabu 06 Oct 2021 13:25 WIB

Festival Iklim 2021 Ajak Masyarakat Peduli Lingkungan

Dari sisi ekonomi, ini berpotensi menurunkan kerugian PDB negara sebesar 3,45%.

Red: Gilang Akbar Prambadi
 Lingkungan alam raya yang sehat. (Ilustrasi)
Foto: pixabay
Lingkungan alam raya yang sehat. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA —Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kembali menggelar acara tahunan Festival Iklim 2021. Tahun ini, festival tersebut mengusung tema Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Peningkatan Ketahanan Iklim untuk Indonesia Tangguh-Indonesia Tumbuh, yang berlangsung dari tanggal 5 Oktober hingga 21 Oktober 2021 sebagai sarana penyebaran informasi tentang upaya penanggulangan perubahan iklim sampai ke tingkat tapak. 

Festival Iklim yang melibatkan seluruh jajaran Eselon 1 Kementerian LHK, Party Stakeholders terkait serta Non-Party Stakeholders (pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat umum) kali ini juga sekaligus menjadi rangkaian pendukung persiapan Delegasi Indonesia menjelang perhelatan Konferensi Para Pihak / Conference of Parties (COP) ke-26 The United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) yang akan diadakan pada 31 Oktober hingga 12 November di Glasgow, Britania Raya.

Indonesia memiliki visi mencapai ketahanan iklim kepulauan sebagai hasil dari strategi mitigasi dan adaptasi, serta pengurangan risiko bencana yang komprehensif pada tahun 2030. Untuk itu, sejalan dengan Perjanjian Paris 2016 yang mana Indonesia berkomitmen untuk turut menjaga suhu dunia di bawah 20 C dan berkontribusi terhadap upaya pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK). 

Fokumen Nationally Determined Contribution (NDC) yang pertama telah diserahkan kepada sekretariat Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) pada tahun 2016, yang menguraikan transisi negara ke masa depan yang rendah GRK dan berketahanan iklim. NDC juga telah diperbarui, dengan melalui dokumen Updated NDC dan Strategi Jangka Panjang untuk Ketahanan Iklim Rendah Emisi GRK (Long-term Strategy for Low Carbon and Climate Resilience 2050/LTS-LCCR 2050) yang diserahkan kepada UNFCCC pada tanggal 22 Juli 2021 lalu.

Sekretaris Jenderal KLHK Bambang Hendroyono mengatakan, melalui dokumen Updated NDC tersebut, komitmen penurunan emisi GRK Indonesia diperkuat dengan perbaikan metode perhitungan batas emisi GRK, yang menjadikan tambahan penurunan emisi GRK sebesar 12 Gigaton CO2 Ekuivalen dari komitmen sebelumnya 0F1.

Selain itu, Updated NDC juga menetapkan target mitigasi yang ambisius di sektor kehutanan dan energi. Kedua sektor ini ditargetkan untuk menurunkan emisi GRK paling banyak, dan menyumbang sekitar 97% dari total komitmen penurunan emisi GRK nasional. Inilah komitmen Indonesia untuk semakin tangguh dan semakin tumbuh, mewujudkan transformasi pembangunan rendah emisi GRK dan ketahanan iklim jangka panjang, melampaui target NDC 2030.

"Bersamaan dengan Updated NDC, Indonesia juga menyampaikan dokumen LTS-LCCR 2050 ke UNFCCC, yang menyajikan strategi untuk mencapai keseimbangan antara penurunan emisi dan pembangunan ekonomi, serta menguraikan tujuan untuk mencapai ‘net sink’ 1F2 pada tahun 2030 untuk sektor kehutanan, dan menuju ‘emisi nol’, atau Net-Zero Emissions (NZE), pada 2060 atau lebih cepat," kata dia, Rabu (6/10).

Dari sisi ekonomi, ini berpotensi menurunkan kerugian PDB negara sebesar 3,45% akibat perubahan iklim pada 2050 dengan meningkatkan ketahanan empat kebutuhan dasar, yakni pangan, air, energi, dan kesehatan lingkungan.

“Pengendalian perubahan iklim tidak dapat dilakukan oleh hanya pemerintah saja, tetapi juga memerlukan kerjasama dengan peran dan pelibatan Kementerian/Lembaga, dunia usaha, Pemerintah Daerah dan LSM, masyarakat bahkan media massa serta kerjasama bilateral dan multilateral menjadi bagian yang penting dari keseluruhan implementasi kebijakan perubahan iklim di Indonesia dalam penurunan emisi gas ruma kaca dan antisipasi dengan menjalankan program adaptasi untuk menjalankan ketahanan ekonomi, sosial dan jasa lingkungan," ujar dia.

Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KLHK Laksmi Dhewanthi menjelaskan, festival Iklim ini adalah forum untuk menyampaikan praktik-praktik terbaik yang telah dilakukan dalam rangka implementasi penurunan emisi GRK dan peningkatan ketahanan iklim di Indonesia. "Sehingga dapat dijadikan sebagai pembelajaran bagi para pemangku kepentingan," ujar dia.

Festival yang berlangsung selama 16 hari ini menampilkan berbagai macam kegiatan, antara lain serangkaian webinar dan FGD dengan beragam topik menarik seputar upaya penanggulangan perubahan iklim, kegiatan NDC Bootcamp untuk meningkatkan kapasitas dan pemahaman jurnalis mengenai NDC, serta lomba-lomba daring bertema perubahan iklim yang dapat diikuti oleh seluruh masyarakat. Untuk melengkapi informasi yang disampaikan melalui kegiatan-kegiatan tersebut, juga digelar pameran virtual yang menampilkan pelaksanaan Program Kampung Iklim (ProKlim) di seluruh wilayah Indonesia yang bisa diakses di http://www(dot)proklimvirtualexpo2021(dot)com selama festival berlangsung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement