REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Laporan Amnesty terbaru menduga Taliban menembak mati 13 orang, termasuk gadis 17 tahun dan pasukan keamanan pemerintah di Provinsi Daykundi. Saat provinsi Daykundi jatuh ke tangan Taliban pada Agustus lalu, sekitar 34 anggota Pasukan Keamanan Nasional Afghanistan (ANDSF) berpikir satu-satunya hal yang bisa mereka lakukan adalah mencari keselamatan di distrik Khidir.
Sayangnya, kondisi yang terjadi tak sesuai dengan harapan mereka. Taliban sudah mulai membangun otoritasnya atas bagian-bagian yang luas dari wilayah itu. Seiring berjalannya waktu, harapan mereka mulai memudar yang akhirnya menyerah merupakan satu-satunya pilihan.
Pada 30 Agustus, sekitar 300 pejuang Taliban yang disertai dengan konvoi datang ke desa Dahani Qul yang menjadi tempat tinggal bagi anggota ANDSF dan beberapa keluarga mereka. Dengan cepat, anggota ANDSF meninggalkan daerah itu dengan kendaraan.
Sayangnya, satu kendaraan terjebak di dekat desa Kahor dan memicu peristiwa mengerikan yang dianggap sebagai kejahatan perang. Taliban menyusul mereka dan terus menembaki kerumunan orang. Gadis berusia 17 tahun bernama Masuma dan warga sipil lain ditembak mati saat mereka berusaha melarikan diri.
Salah seorang anggota ANDSF menembak balik sehingga seorang pejuang Taliban tewas dan beberapa luka. Ketika serangan Taliban berlanjut dengan penembakan tanpa henti, mereka membunuh dua anggota ANDSF yang kalah senjata dan kalah jumlah.
Melihat pertumpahan darah, para anggota ANDSF mulai menyerah. Akan tetapi, mereka malah menandatangani surat kematian mereka sendiri tanpa menyadarinya. Setelah sembilan anggota ANDSF lainnya menyerah, Taliban membawa mereka ke daerah aliran sungai terdekat dan mengeksekusi mereka.