Rabu 06 Oct 2021 15:36 WIB

Taiwan-China Hadapi Ketegangan Tertinggi dalam Empat Dekade

Hampir 150 pesawat angkatan udara China memasuki zona pertahanan Taiwan

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
 Sebuah jet tempur siluman J-20 dari Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA). Hampir 150 pesawat angkatan udara China memasuki zona pertahanan Taiwan. Ilustrasi.
Foto: AP/Ng Han Guan
Sebuah jet tempur siluman J-20 dari Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA). Hampir 150 pesawat angkatan udara China memasuki zona pertahanan Taiwan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI - Menteri Pertahanan Taiwan Chiu Kuo-cheng mengakui ketegangan militer dengan China dan Taiwan berada pada titik terburuknya dalam lebih dari 40 tahun. Hal tersebut dibuktikan dengan tingginya frekuensi kunjungan militer China di sekitar Taiwan.

Dalam periode empat hari sejak Jumat (1/10), otoritas pertahanan Taiwan mencatat hampir 150 pesawat angkatan udara China memasuki zona pertahanan udaranya. Hal ini menurut Taiwan merupakan bagian dari pola pelecehan berkelanjutan yang dilakukan China terhadap pulau itu.

Baca Juga

Chiu Kuo-cheng mengatakan situasinya kini paling serius dalam lebih dari 40 tahun sejak ia bergabung dengan militer. Menurutnya ada risiko salah sasaran ketika China melintasi Selat Taiwan yang sensitif.

"Bagi saya sebagai seorang militer, urgensinya ada di depan saya," katanya kepada komite parlemen Seperti dikutip laman Channel News Asia, Rabu (6/10). China bersikeras Taiwan harus diambil dengan paksa jika perlu. Sementara Taiwan mengatakan pulau itu adalah negara merdeka dan akan mempertahankan kebebasan dan demokrasinya.

Taiwan menyalahkan China atas ketegangan tersebut. Chiu mengatakan China sudah memiliki kemampuan untuk menyerang Taiwan dan akan mampu melakukan invasi "skala penuh" pada tahun 2025.

"Pada 2025, China akan membawa biaya dan gesekan ke titik terendah. China memiliki kapasitas sekarang, tetapi tidak akan memulai perang dengan mudah, harus mempertimbangkan banyak hal lain," ujarnya.

Amerika Serikat (AS), pemasok militer utama Taiwan, telah mengonfirmasi komitmen kokoh untuk Taiwan. AS juga turut mengkritik Cina. Beijing menyalahkan kebijakan Washington yang mendukung Taiwan dengan penjualan senjata dan mengirim kapal perang melalui Selat Taiwan karena meningkatkan ketegangan.

Pengeluaran militer khusus Taiwan selama lima tahun ke depan sebagian besar akan digunakan untuk senjata angkatan laut termasuk senjata anti-kapal seperti sistem rudal darat. Taiwan melaporkan satu pesawat angkatan udara China memasuki zona pertahanan udaranya pada Selasa.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement