REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Profesor Riset bidang Geoteknologi dan Hidrogeologi BRIN Robert Delinom mengatakan, ada beberapa kota yang berlokasi di Pantura secara terus menerus mengalami amblesan atau penurunan muka tanah. Di antaranya Jakarta, Indramayu, Semarang,dan Surabaya.
Penurunan muka tanah yang intensif di kota-kota tersebut dan adanya pemanasan global menyebabkan muka air laut naik. Sehingga, kota-kota tersebut dikhawatirkan akan tenggelam setelah beberapa tahun ke depan.
Robert menuturkan, pengamatan yang intensif di Jakarta dan Semarang menunjukkan bahwa kondisi geologi kedua daerah tersebut sangat berpengaruh pada proses terjadinya amblesan. "Ternyata amblesan terjadi hanya pada lokasi yang dibangun oleh batuan lempung dan batuan muda belum terpadatkan, yang diketahui menyebar tidak secara homogen," ujarnya.
Robert mengatakan, penurunan muka tanah di Jakarta disebabkan oleh empat faktor utama. Yakni kompaksi batuan yang tidak padat karena ada endapan aluvial dan batuan lempung, pengambilan air tanah berlebih, pembebanan bangunan, dan aktivitas tektonik.
"Karena bersifat masih sangat muda, endapan aluvial itu akan terus mengalami kompaksi atau pemadatan sampai pada batas waktu tertentu sehingga muka tanah cenderung menurun," ungkapnya.
Pada tahun 1914, sebut dia, muka air laut dan muka air Sungai Ciliwung masih sama. Namun, telah berbeda hingga 2,2 meter pada 2011.
Data kenaikan muka air laut sampai 2019 menunjukkan, kenaikan muka air laut di Teluk Jakarta adalah 0,43 cm per tahun dan lepas pantai Semarang adalah 0,53 cm per tahun. Dari kenyataan tersebut, dapat disimpulkan tenggelamnya kota-kota di Pantura, dalam artian secara keseluruhan kota terendam, tidak akan segera terjadi.
"Hanya bagian kota yang terletak dekat ke pantai dan dibangun oleh batuan lempung dan aluvial yang belum terpadatkan yang akan tenggelam," ujar Robert.