REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syaikh Ibrahim Al-Ali dalam kitabnya yang berjudul Shahih Sirah An-Nabawiyah, menyebutkan riwayat yang shahih tentang kisah 'Abdul Muthalib yang menggali sumur Zamzam dari hadits 'Ali bin Abu Thalib. Kakek Nabi Muhammad ini mendapatkan mimpi yang sama hingga empat kali sebelum memutuskan menggali sumur tersebut.
Abdul Muthalib ketika itu tengah tertidur di dekat Hijr Ismail, tiba-tiba ada yang datang dan berkata kepadanya, 'Galilah thayyibah (kebaikan)' lalu ia bertanya, 'Apa itu thayyibah?' Kemudian seseorang itu menghilang.
Keesokan harinya Abdul Muthalib kembali tidur di tempat yang sama, seseorang itu juga kembali mendatanginya dan berkata, 'Galilah burrah. Ia kembali bertanya 'apa itu burrah?' Kemudian seseorang itu pun menghilang.
Lantas keesokan harinya lagi, Abdul Muthalib kembali ke tempat tidur dan tertidur. Seseorang itu mendatanginya lagi dan berkata, Galilah madhnuunah (yang berharga).' Ia kembali bertanya, 'Apa itu madhnunah?' Kemudian sosok itu kembali menghilang.
Keesokan harinya ia kembali ke tempat tidur dan tertidur, lalu sosok itu mendatanginya lagi dan berkata, 'Galilah Zamzam. Lantas Abdul Muthalib kembali bertanya, 'Apa itu Zamzam?' sosok itu berkata, "Tidak terkuras, tidak habis selamanya dan tidak menjelekkan, air minum jamaah haji. Sumur Zamzam berada antara kotoran dan darah, di dekat tempat bertelurnya burung gagak yang betisnya berwarna putih, di dekat kerumunan semut."
Ali bin Abu Thalib melanjutkan, "Ketika telah dijelaskan persoalannya dan ditunjukkan tempatnya, dan ia tahu bahwa yang datang dalam mimpinya itu berkata benar, ia pergi pagi-pagi dengan membawa cangkul bersama putranya, Harits bin 'Abdul Muthallib. Ketika itu, ia tidak mempunyai anak selain dia. Lantas ia pun menggali di tempat yang ditunjukkan."