REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Sekitar 450 juta serangan siber berhasil dihentikan selama perhelatan Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo. Media lokal melaporkan ada upaya untuk meretas situs web resmi dan sistem panitia penyelenggara.
Upaya serangan siber terjadi mulai dari pembukaan Olimpiade pada 23 Juli hingga penutupan Paralimpiade pada 5 September. Panitia penyelenggara Olimpiade mengatakan upaya serangan siber tersebut berhasil diatasi dengan baik.
“Berkat berbagi informasi dan tindakan pencegahan yang diambil oleh para pihak, kami dapat mencegah serangan siber tanpa menyebabkan kerusakan apa pun,” kata panitia penyelenggara dalam sebuah pernyataan dilansir Anadolu Agency, Rabu (6/10).
National Center of Incident Readiness and Strategy for Cybersecurity (NISC), yang berafiliasi dengan pemerintah Jepang, melaporkan jalannya turnamen tidak terpengaruh oleh serangan siber tersebut. NISC menjelaskan ada banyak upaya serangan siber untuk mengacaukan kompetisi termasuk pada upacara pembukaan dan penutupan.
Kantor berita Kyodo melaporkan, Trend Micro, sebuah perusahaan keamanan internet besar, mengumumkan jumlah serangan siber pada Olimpiade Tokyo cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan Olimpiade Musim Panas London 2012 dan Olimpiade Musim Dingin PyeongChang 2018. Kyodo melaporkan Olimpiade London mencatat jumlah tertinggi serangan siber.
Ketika itu, situs web resmi Olimpade London menjadi target serangan siber sebanyak 200 juta kali dan serangan terhadap semua organisasi terkait berjumlah sekitar 2,3 miliar. Sementara selama Olimpiade PyeongChang terdapat sekitar 600 juta upaya serangan siber.
Trend Micro mengatakan jumlah serangan siber dalam Olimpiade Tokyo lebih sedikit karena diadakan di tengah pandemi Covid-19 dan tanpa penonton. Trend Micro menilai peretas tidak dapat menggunakan informasi dari tiket dan penonton untuk melakukan serangan siber.