REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan Afghanistan dan Iran sepakat memperkuat hubungan ekonomi serta memfasilitasi perdagangan bilateral. Kendati demikian, hingga kini Teheran belum secara resmi mengakui pemerintahan Taliban.
Mujahid mengungkapkan, para pejabat pemerintahan Taliban telah mengadakan pertemuan dengan wakil pemerintah Iran. “Pertemuan bertujuan memperkuat hubungan ekonomi dan menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk masalah perdagangan antara kedua negara,” ucapnya pada Selasa (5/10), dikutip laman Yeni Safak.
Terdapat 16 poin kesepakatan, antara lain memperlancar arus barang di perbatasan Islam Qala-e-Dogharoun, mengkaji tarif barang dan jasa, serta masalah pasokan bahan bakar. Iran dan pemerintahan Taliban di Afghanistan juga akan bekerja sama di bidang kesehatan serta pariwisata.
Taliban dan Iran telah mempertahankan kontak erat dalam beberapa pekan terakhir. Namun hingga kini, Iran belum mengakui pemerintahan mereka di Afghanistan. Sikap Teheran sejalan dengan pendirian komunitas internasional.
Saat Taliban menguasai Afghanistan pada 1996-2001, Iran pun tak mengakui pemerintahan mereka. Sebelumnya Iran, sempat mengatakan siap menjadi tuan rumah pertemuan para menteri luar negeri negara tetangga Afghanistan. Hal itu untuk membahas perihal jatuhnya Afghanistan ke tangan Taliban.
Ide tentang menjadi tuan rumah pertemuan tersebut muncul setelah Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Hossein Amir-Abdollahian bertemu Menlu Pakistan Shah Mahmood Qureshi pada 26 Agustus lalu.