Rabu 06 Oct 2021 17:46 WIB

Temuan Kasus Positif Dorong Perketatan Sistem Bubble PON

Evaluasi menyeluruh sistem kesehatan PON XX Papua harus dilakukan.

Suasana tribun penonton saat menyaksikan pertandingan bola voli Indoor Putra di GOR Voli Indoor Koya Kosa, Kota Jayapura, Papua Senin (4/10). PON XX Papua digelar pada masa pandemi Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan seperti penggunaan masker, pembatasan jumlah penonton, serta menjaga jarak di setiap arena. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Suasana tribun penonton saat menyaksikan pertandingan bola voli Indoor Putra di GOR Voli Indoor Koya Kosa, Kota Jayapura, Papua Senin (4/10). PON XX Papua digelar pada masa pandemi Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan seperti penggunaan masker, pembatasan jumlah penonton, serta menjaga jarak di setiap arena. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dian Fath Risalah, Febrianto Adi Saputro, Antara

Satgas Pencegahan dan Penanganan Covid-19 Papua mengonfirmasi 29 kasus positif Covid-19 yang muncul dari Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua. Kasus positif Covid-19 yang diidentifikasi per Selasa (5/10) itu terjadi pada atlet, ofisial dan panitia pelaksana PON.

Baca Juga

Juru bicara Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Erlina Burhan, menduga adanya kemungkinan para atlet, ofisial dan panitia tersebut sudah terinfeksi sebelum ikut perhelatan PON XX Papua. Besar kemungkinan, saat itu belum ada gejala karena masih masa inkubasi.

"Dan gejala baru timbul saat PON. Ini harus ditelusuri saat kedatangan atlet, saat timbul gejala dan tanggal cek PCR (polymerase chain reaction)," kata Erlina kepada Republika, Rabu (6/10).

Nantinya, bila ternyata hasil telusur atlet tersebut memang ternyata sudah dipastikan sehat dan tidak sakit saat datang ke Papua, maka, penerapan sistem bubble mesti lebih diperketat lagi."Sistem bubblenya mesti ditelusur nih apakah berjalan baik atau lemah implementasinya," ujar Erlina.

Sebelumnya, Ketua Panitia Pengawas dan Pengarah PON XX Papua, Mayjen TNI (Purn) Dr Suwarno mengatakan, kegiatan PON mengadopsi sistem bubble yang diterapkan pada saat Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo 2020. Aturan yang diadopsi yakni para atlet hanya boleh dari penginapan ke tempat pertandingan dan tidak diizinkan pergi ke mana-mana.

"Kami juga gunakan sistem buble berawal dari sebelum berangkat para atlet harus sudah divaksin di Provinsi masing-masing. Mereka juga harus menjalani isolasi atau karantina di provinsi masing-masing sebelum berangkat," terangnya.

"Setelah sampai di Papua pun hanya diperbolehkan memiliki kegiatan dari akomodasi (wisma atlet) ke tempat pertandingan. Selama di akomodasi apabila ada indikasi (suhu tinggi) baru dilakukan antigen, apabila harus PCR maka berlanjut, kalau positif maka langsung lakukan isolasi dan tracing," lanjutnya

Ia melanjutkan, bagi atlet yang akan melakukan pertandingan dengan kontak tubuh, H-1 sebelum pertandingan diwajibkan melakukan tes antigen. Pada saat akan kembali pun para atlet harus menjalani tes PCR untuk memastikan saat sampai di rumah masing-masing sehat.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, penanganan terhadap para atlet ataupun ofisial yang terkonfirmasi positif sama. Penanganannya dilakukan dengan isolasi terpusat yakni pada kapal-kapal yang sudah disiapkan Satgas Covid-19 dan PB PON Papua, lalu pada rumah sakit mitra yang bekerja sama dengan PB PON XX Papua.

"Masih tetap (sama), yang positif harus isolasi terpusat," kata Nadia kepada Republika, Rabu (6/10). "Kami sudah siapkan fasilitas pelayanan kesehatannya dan kami lakukan juga kontak tracing untuk membatasi penularan," sambung Nadia.

Sementara, Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19, Alexander K. Ginting menegaskan, semua yang bergejala, kontak erat, maupun yang positif Covid-19 sudah dipisahkan di fasilitas kesehatan yang telah dibangun. “Fasilitas kesehatan di semua Kabupaten, baik itu di Jayapura, Merauke, Mimika dan juga di daerah lainnya itu sudah dibangun. Jadi paling tidak bisa mendukung P3K-nya kalau misalnya terjadi, kalau misalnya ada yang cedera sekaligus juga kalau ditemukan kasus yang bergejala, kontak erat, ataupun ditemukan yang positif Covid-19. Sehingga dengan demikian mereka yang sakit bisa dipisahkan,” ungkap Alex.

Alex menambahkan, gerakan vaksinasi juga terus digencarkan sejalan dengan disiplin protokol kesehatan. “Jadi vaksinasi memang penting, tapi gerakan maskerisasi juga harus disukseskan. Dan semua ini dalam rangka mendukung supaya terjadi iklim di mana protokol kesehatan itu bisa berlangsung,” katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement