Rabu 06 Oct 2021 18:23 WIB

Sering Mager? Waspadai Risiko Penyakit Jantung

Olahraga adalah hal terdekat yang bisa Anda lakukan untuk 'melawan' penyakit jantung.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Qommarria Rostanti
Malas gerak (mager) bisa meningkatkan risiko penyakit jantung (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Malas gerak (mager) bisa meningkatkan risiko penyakit jantung (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sudah sejak lama kampanye kesadaran kesehatan jantung digaungkan. Namun penyakit ini tetap menjadi pembunuh nomor satu. Banyak dari Anda mungkin telah diajarkan sejak kecil mengenai kebiasaan yang harus dilakukan dan dihindari untuk melindungi jantung.

Barang kali Anda berpikir sudah melakukannya, tetapi bisa jadi Anda termasuk di antara 80 persen orang yang melakukan kebiasaan umum ini, yang bisa meningkatkan risiko penyakit jantung. Penyakit jantung memiliki banyak penyebab, tetapi para ahli sepakat bahwa satu kebiasaan yang umum ini bisa menyebabkan penyakit jantung, yaitu menjalani gaya hidup yang tidak banyak atau malas bergerak (mager) dan tidak berolahraga secara teratur.

Sebuah studi 2018 yang diterbitkan di JAMA menemukan 80 persen orang Amerika tidak cukup berolahraga. Penelitian itu bahkan dilakukan sebelum pandemi.

Penelitian telah menemukan bahwa tidak banyak bergerak dan tidak cukup berolahraga, bisa meningkatkan risiko obesitas, diabetes, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi. Semua kondisi itu pada gilirannya dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.

"Olahraga dan aktivitas fisik adalah hal terdekat yang bisa Anda lakukan untuk 'melawan' penyakit jantung dan kondisi kronis lainnya. Melakukan sejumlah aktivitas itu lebih baik dibandingkan tidak sama sekali," kata Harvard Medical School.

Cukup banyak penelitian yang menunjukkan bahwa olahraga menurunkan risiko jantung. Salah satunya adalah sebuah studi Stanford University pada 2018 yang mengamati hampir setengah juta orang. Studi itu menemukan bahwa aktif secara fisik bisa mengurangi risiko penyakit jantung (bahkan pada mereka yang secara genetik akan mengalami kondisi tersebut).

"Di antara mereka yang dianggap memiliki risiko genetik tinggi untuk penyakit jantung, tingkat kebugaran kardiorespirasi yang tinggi dikaitkan dengan risiko penyakit jantung koroner 49 persen lebih rendah dan risiko fibrilasi atrium 60 persen lebih rendah, dibandingkan dengan peserta studi dengan kebugaran kardiorespirasi rendah," kata universitas tersebut.

Para ahli termasuk American Heart Association (AHA) merekomendasikan agar orang dewasa melakukan setidaknya 150 menit aktivitas intensitas sedang atau 75 menit aktivitas bera setiap pekan, bersama dengan dua sesi latihan penguatan otot.

Menurut AHA, contoh aktivitas intensitas sedang meliputi jalan cepat bersepeda santai, berkebun, menari, dan tenis ganda. Contoh aktivitas berat meliputi berlari, renang, mendayung, bersepeda cepat, mendaki bukit, lompat tali, dan tenis tunggal.

Aktivitas penguatan otot dapat berupa latihan yang dilakukan dengan beban, mesin beban, atau menggunakan berat badan diri sendiri. "Untuk manfaat maksimal, sertakan aktivitas intensitas sedang dan kuat dalam rutinitas kita bersama dengan latihan penguatan dan peregangan," kata AHA.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement