Rabu 06 Oct 2021 19:12 WIB

Renegosiasi Bawa Commitment Fee Formula E Turun Rp 1,74 T

Pemprov DKI Jakarta sepakati commitment fee Formula E jadi Rp 560 M.

Sejumlah anggota DPRD DKI Jakarta menghadiri Rapat Paripurna Interpelasi Formula E secara daring di Gedung DPRD DKI Jakarta, Selasa (28/9). Rapat Paripurna yang membahas Interpelasi terhadap Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan terkait penyelenggaraan Formula E tersebut ditunda karena tidak memenuhi syarat kuorum dengan hanya dihadiri 32 orang dari 105 orang. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah anggota DPRD DKI Jakarta menghadiri Rapat Paripurna Interpelasi Formula E secara daring di Gedung DPRD DKI Jakarta, Selasa (28/9). Rapat Paripurna yang membahas Interpelasi terhadap Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan terkait penyelenggaraan Formula E tersebut ditunda karena tidak memenuhi syarat kuorum dengan hanya dihadiri 32 orang dari 105 orang. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Zainur Mahsir Ramadhan, Antara

Direktur Utama PT Jakarta Propertindo (Perseroda) Widi Amanasto, melakukan renegosiasi dengan Formula E Operation (FEO). Dari hasil negosiasi ulang ada penurunan harga terhadap commitment fee, yang sebelumnya mencapai Rp 2,3 triliun menjadi Rp 560 miliar.

Baca Juga

Commitment fee Formula E Jakarta turun hingga Rp 1,74 triliun. Ditanya mengenai alasan banting harga, Widi menyebut jika hal itu karena taktik negosiasi dan didukung kondisi pandemi saat ini. Menurut dia, rencana bisnis awal yang membuat harga melambung akan sulit dilaksanakan.

"Berat sekali untuk kami laksanakan. Itu dua malam lanjut terus. Zoom meeting terus kita," kata Widi saat ditemui di DPRD DKI Jakarta, Rabu (6/10).

Dia merinci, biaya Rp 560 miliar adalah angka untuk tiga tahun. Meski demikian, dia tak bisa menjelaskan lebih jauh, karena proses kontrak diselesaikan oleh Direktur Manajemen Aset PT Jakpro, Gunung Kartiko.

"Kan udah dibayarkan, nah tidak mungkin kita minta tidak ada tambahan commitment fee lagi ya. Jadi kita lakukan," tutur dia.

Di lokasi yang sama, Direktur Manajemen Aset PT Jakpro, Gunung Kartiko, menjelaskan mengenai commitment fee Formula E Jakarta. Menurut dia, commitment fee Formula E akan kembali kepada tuan rumah penyelenggara dalam bentuk biaya operasional FEO.

Gunung mencontohkan, biaya tersebut akan digunakan untuk pengiriman mobil balap, kru hingga pembalap Formula E itu sendiri. "Orang berpikir commitment fee untuk berkomitmen sesuatu. Padahal, commitment fee itu balik ke tuan rumah penyelenggaraan. Dari sana akan ada ratusan boks yang dikirim juga dengan biaya itu," jelas dia.

Bahkan, commitment fee, disebut Gunung juga akan mencakup panggung dan grand stand hingga keperluan balap lainnya. Kendati demikian, Gunung menampik jika commitment fee yang dibayarkan sejak 2019 untuk penyelenggaraan 2020, disusul dengan pembayaran setengahnya di 2020.

Dia menjelaskan, pembayaran penuh justru sudah dibayarkan pada 2020 silam, ditambah dengan separuh lainnya pada 2021 yang digunakan untuk tiga tahun ke depan. Menurut dia, pembayaran setelah saat itu hanya ditambah sedikit dari anggaran yang harus dibayarkan.

"Tapi itu artinya kita sudah hampir setengahnya, lebih dari setengahnya," ungkap dia.

Oleh sebab itu, commitment fee diakuinya tidak dibayarkan lagi pascabiaya yang dibebankan pada 2019 silam. Dia menambahkan, biaya yang digunakan pada tahun tersebut, digunakan untuk tiga tahun masa perencanaan penyelenggaraan. "Dan tidak ada biaya bank garansi, Pak Wibi (Ketua Fraksi NasDem DPRD DKI) sangat fight sekali," ucap dia.

Gunung menegaskan, khusus bank garansi yang disebut, sudah ditarik lagi oleh Jakpro dan kini berada di genggaman pihaknya. Dia mengatakan, dana tersebut juga sebenarnya tidak pernah berpindah, sebaliknya, ada di Bank DKI.

"Namanya bank garansi. Tapi kita tidak bisa pakai," tutur dia.

Ketua Fraksi NasDem DPRD DKI, Wibi Andrino, menyatakan, pihaknya akan mengupayakan lebih lanjut mengenai teknis di lapangan. Termasuk, jalur dan pengaspalan ulang nantinya.

Pembiayaan terkait hal itu, diakui Wibi akan berasal dari sponsor dan bisa dimanfaatkan lebih jauh nantinya. Khusus jalur balapan itu, kata Wibi, memang sekedar jalan aspal, dengan spesifikasi khusus untuk keperluan ajang balapan. Kendati demikian, dirinya menyebut jika pengaspalan dan beton yang digunakan untuk barrier melalui cetakan khusus dan bukan beton biasa.

"Itu bisa bertahan lebih dari tiga tahun. Ada beberapa yang belokan tile-nya dari plastik dan itu ada vendor khusus yang memang tersertifikasi dan itu dari China," jelas dia.

Ditanya sinyal legislatif yang menyarankan penyelenggaraan Formula E boleh dilakukan asal bukan dari APBD, tak ditepis Wibi. Menurutnya, biaya yang sudah dibayarkan sebelumnya akan digulirkan untuk terus menjadi lini bisnis lanjutan.

Wibi menambahkan, antrian sponsor yang tertarik hingga kini masih panjang. Bahkan, dia menyebut jika ada sistem antrian di dalamnya. Namun demikian, kata dia, setiap sponsor akan dipilah bentuk proposalnya.

Dalam penjelasannya, jalur lintasan balap memang ada lima pilihan hingga kini. Dia memerinci, meski belum bisa menyebut titik-titik pasti, lima pilihan itu akan diajukan ke FEO untuk dilakukan survei kelaikan. Rencananya, lanjut Wibi, Oktober ini akan datang tim survei, dan November, kepastian lokasi sudah bisa didapat.

"Ini bukan di Sentul ya sudah pasti. Pasti bukan di Sentul karena bukan di sirkuit," ungkap dia.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement