Rabu 06 Oct 2021 19:27 WIB

Ratusan Warga Afghanistan Berbondong-bondong Bikin Paspor

Prospek ekonomi yang suram mendorong Rasooli membuat paspor dan pergi dari Afghan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
 Seorang tentara Taliban berjaga di gerbang Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, Ahad (5/9).  Beberapa penerbangan domestik telah dilanjutkan di bandara Kabul, dengan Ariana Afghan Airlines yang dikelola negara mengoperasikan penerbangan ke tiga provinsi.
Foto: AP/Wali Sabawoon
Seorang tentara Taliban berjaga di gerbang Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, Ahad (5/9). Beberapa penerbangan domestik telah dilanjutkan di bandara Kabul, dengan Ariana Afghan Airlines yang dikelola negara mengoperasikan penerbangan ke tiga provinsi.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Ratusan warga Afghanistan berbondong-bondong datang ke kantor imigrasi untuk membuat paspor di Kabul pada Rabu (6/10). Mereka memadati kantor imigrasi sehari setelah pejabat Taliban mengumumkan akan kembali menerbitkan paspor.

Para pejabat Taliban mengatakan, layanan pembuatan paspor mulai dibuka pada Sabtu (9/10) mendatang. Sebelumnya, penerbitan paspor ditangguhkan sejak Taliban mengambil alih Afghanistan pada 15 Agustus lalu.

Baca Juga

Seorang warga Afghanistan, Mahir Rasooli menemui banyak kendala ketika hendak membuat paspor. Dia mengatakan, sistem pembuatan paspor tidak berfungsi dan tidak ada petugas yang memberikan arahan. "Saya datang untuk mendapatkan paspor tetapi, tapi seperti yang Anda lihat di sini, ada banyak masalah, sistemnya tidak berfungsi. Tidak ada pejabat yang menjawab pertanyaan kami di sini untuk memberi tahu kami kapan harus datang. Orang-orang bingung," ujar Rasooli.

Prospek ekonomi yang suram mendorong Rasooli untuk membuat paspor dan pergi melintasi negara lain. Dia ingin memiliki masa depan yang baik untuk anak-anaknya. “Tidak ada pekerjaan dan situasi ekonomi tidak terlalu baik, jadi saya ingin memiliki masa depan yang baik untuk anak-anak saya,” kata Rasooli.

Pejabat Taliban sebelumnya telah mengumumkan bahwa pembuatan paspor akan dimulai pada Sabtu pekan ini. Pembuatan paspor hanya ditujukan bagi warga yang sudah mengajukan aplikasi sebelumnya.

Kerumunan warga berdesakan di depan penghalang beton besar, sambil mengacungkan dokumen kepada seorang pejabat yang berdiri di atasnya.

Pejabat itu mendesak mereka untuk pulang dan kembali ke kantor pembuatan paspor pada Sabtu.

"Saya ke sini untuk mendapatkan paspor, tapi sayangnya saya tidak bisa. Saya tidak tahu apa yang harus kita lakukan dalam kondisi ini," ujar seorang warga, Ahmad Shakib Sidiqi.  

Sidiqi mengatakan, dia membutuhkan paspor untuk menemani anggota keluarganya mendapatkan perawatan medis ke Pakistan. Keluarganya harus pergi ke Pakistan karena sistem perawatan medis di Afghanistan semakin buruk. “Kita harus meninggalkan Afghanistan. Ini adalah situasi yang buruk di Afghanistan, tidak ada pekerjaan di sini. Ini bukan kondisi yang baik bagi kita untuk menjalankan hidup," kata Sidiqi.

Kemiskinan dan kelaparan telah memburuk sejak Taliban mengambil alih Afghanistan. Negara tersebut sebelumnya yang telah menderita kekeringan dan pandemi Covid-19. PBB mengatakan, setengah juta warga Afghanistan telah mengungsi dalam beberapa bulan terakhir. Jumlah itu akan bertambah jika layanan kesehatan, sekolah, dan ekonomi memburuk.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement