REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Reksa dana syariah berdenominasi dolar AS dapat menjadi pilihan bagi investor di masa ketidakpastian akibat risiko tapering oleh Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed).
Research Analyst Jagartha Advisors, Putra Yudhatama menyatakan, rendahnya suku bunga AS telah membuat prospek reksa dana dengan denominasi dolar AS kian menarik. "Selain itu, pergeseran gaya hidup ke arah New Economy seiring adaptasi gaya hidup baru pasca pandemi, membuat sektor teknologi lebih tahan ketika tapering diberlakukan dibandingkan sektor siklikal," kata Putra dalam keterangan pers, Rabu (6/10).
IHSG juga mengalami fluktuasi karena investor tengah menanti arah kebijakan The Fed. Investor khawatir pengetatan kebijakan moneter The Fed akan lebih cepat dari perkiraan, menyusul data inflasi dan tingkat pengangguran AS yang membaik.
Inflasi AS per Juli 2021 tumbuh 5,4 persen secara tahunan (YoY), di atas target The Fed 2 persen (YoY). Selain itu, data ketenagakerjaan AS terus membaik, didorong pembukaan ekonomi dan vaksinasi. Meskipun, penyebaran Covid-19 Varian Delta juga membawa kekhawatiran baru terhadap pemulihan ekonomi AS.
Direktur Bareksa Prioritas, Ricky Rachmatulloh menambahkan ada pertanda The Fed akan memulai kebijakan tapering off atau pengetatan kebijakan moneternya sebelum akhir tahun ini. "Namun sangat minimal sekali korelasi antara tapering dengan ekspektasi kenaikan suku bunga acuan The Fed (Fed Fund Rate) lebih awal kali ini," kata Ricky.
Mayoritas saham berbasis teknologi seperti telekomunikasi dan bank digital membukukan keuntungan yang signifikan. Kemudian penawaran umum perdana saham (IPO) perusahaan ecommerce seperti PT Bukalapak Tbk (BUKA) dan rencana IPO GoTo yang diproyeksikan dapat mendongkrak valuasi IHSG.
Ricky menjelaskan, di tengah masih tingginya ketidakpastian ekonomi serta volatilitas pasar, investor dengan profil risiko agresif dan moderat-agresif disarankan agar jeli melihat situasi. Aliran dana asing masuk Rp 6 triliun sebulan terakhir.
Berdasarkan daftar reksa dana di Bareksa, posisi 10 besar reksadana dolar AS imbalan tertinggi setahun terakhir per 31 Agustus, posisi teratas ditempati reksa dana saham dengan portofolio saham-saham sektor teknologi. Contohnya, reksa dana Schroder Global Sharia Equity Fund milik PT Schroder Investment Management Indonesia yang berhasil mencetak imbalan 21,63 persen menggenggam saham teknologi.
Reksa dana ini membenamkan investasi di saham Adobe Inc, Alphabet Inc, American Tower REIT Corp, ASML Holding, Estee Lauder Inc, Intuit Inc, Link REIT, Nestle SA, Relx Plc, dan Salesforce.com Inc.
Untuk diketahui, di Bareksa kini tersedia 13 produk reksa dana dolar AS. Dari 13 produk itu, sembilan di antaranya merupakan reksa dana saham syariah dan empat lainnya reksa dana pendapatan tetap.