REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap 5 Oktober diperingati sebagai hari ulang tahun Tentara Nasional Indonesia (TNI). Tujuh puluh enam lalu, TNI berdiri dengan nama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
Pada 5 Oktober 1945, BKR berubah nama menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Kemudian TKR diubah lagi namanya menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) untuk memperbaiki susunan yang sesuai dengan dasar militer internasional.
Seiring berjalannya waktu, pemerintah terus menyempurkan tentara Indonesia ini. Pada 3 Juni 1947, presiden mengesahkan berdirinya TNI sebgai tentara regular dan badan-badan perjuangan rakyat. Selama Perang Kemerdekaan yang berlangsung empat tahun dimulai 1945 hingga 1949, TNI berhasil mewujudkan dirinya sebagai tentara rakyat, tentara revolusi, dan tentara nasional.
Di waktu yang bersamaan, TNI harus menghadapi segelintir masalah baik dalam maupun luar negeri. Dari dalam negeri, TNI harus menghadapi pergolakan bersenjata di beberapa daerah dan pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun dan Darul Islam (DI) di Jawa Barat. Sementara itu, masalah dari luar negeri, yaitu menghadapi Agresi Militer Belanda.
Karena memiliki keterbatasan, TNI dan masyarakat melaksanakan Perang Rakyat Semesta untuk menghadapi Agresi Militer Belanda. Pada akhir tahun 1949, sesuai dengan keputusa Konferensi Meja Budnar (KMB), dibentuk Republik Indonesia Serikat (RIS). Sejalan dengan itu, dibentuk juga Angkatan Perang RIS (APRIS) yang merupakan gabungan TNI dan Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL). Namun, setahun kemudian APRIS berganti nama menjadi Angkatan Perang RI (APRI).
Periode Demokrasi Liberal yang terjadi pada 1950-an diwarnai dengan pemberontakan dalam negeri. Pada 1950, sebagian besar eks anggota KNIL melaksanakan pemberontakan di Bandung, Andi Azis di Makassar, dan Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku.
Kondisi ini diperparah dengan wilayah lain seperti pemberontakan DI/TII di Jawa Barat. Untungnya, TNI bersama komponen bangsa lain berhasil menumpas semua pemberontakan itu.
Dilansir dari situs resmi TNI, Selasa (5/10), tahun 1962 merupakan bagian penting dari sejarah TNI karena upaya menyatukan organisasi angkatan perang dan Kepolisian Negara menjadi organisasi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Masalah kembali datang setelah ABRI muncul, puncaknya saat peristiwa Gerakan 30 September (G30S). Namun, itu berhasil dituntaskan dengan baik.
Sayangnya, pergolakan politik yang terjadi di Indonesia pada 1998 berdampak pada ABRI. Secara internal, TNI telah melakukan berbagai perubahan yang signifikan, seperti pemisahan Polri dari ABRI yang telah menjadi keputusan Pimpinan ABRI sebagai Transformasi awal dan tidak lagi terlibat dalam Politik Praktis.