Kamis 07 Oct 2021 07:38 WIB

Polemik Kapal Selam Nuklir, Pengamat: Indonesia Juga Perlu

Suatu hari Indonesia harus memiliki alutsista bertenaga nuklir, termasuk kapal selam

Rep: Ali Mansur/ Red: Hiru Muhammad
Kapal selam nuklir Inggris
Foto: dailymail
Kapal selam nuklir Inggris

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Analis pertahanan dan militer Connie Rahakundini Bakrie mengatakan, Indonesia jangan salah faham dengan Australia, Inggris dan Amerika yang membentuk kerjasama keamanan trilateral AUKUS dengan kapal selam nuklir. Karena Indonesia juga ke depannya pasti membutuhkan sumber tenaga atau energi dari nuklir."Mau pakai tenaga apa lagi. Energi tidak terbarukan kan terbatas dan segera habis," ujar Connie Rahakundini Bakrie dalam keterangan tertulisnya, Rabu (6/10).

Bahkan, kata Connie, Australia yang membangun kapal selam bertenaga nuklir juga karena memang terdorong oleh kebutuhan untuk mewujudkan supremasinya. Apalagi Australia memiliki area laut yang luas. Bagaimana mungkin Australia melakukan interoperabilitas bersama negara AUKUS jika tidak memiliki SSN atau kapal selam bertenaga nuklir.  "Australia kan tidak dan belum ingin memiliki SSN. Jadi kita waspada harus, tetapi ya jangan kagetan," Connie menambahkan.

Menurutnya, nuklir adalah energi terbarukan, maka Indonesia bakal dan harus segera memanfaatkan nuklir sebagai energi. Asalkan tenaga nuklir tersebut digunakan untuk energi, riset dan teknologi kedokteran, foods securities dan lainnya dan bukan untuk tujuan perang. Artinya, suatu hari Indonesia juga pasti harus memiliki alutsista bertenaga nuklir, termasuk kapal selam.

Menurut Connie, sebagian besar negara secara subtansial juga sudah dilengkapi dengan senjata nuklir. Rusia memiliki 6.800 senjata nuklir, AS memiliki 6.185 senjata nuklir, India memiliki 150 hulu ledak nuklir. Sementara China dan Pakistan masing-masing memiliki 320 dan 160 senjata nuklir. "Indonesia setidaknya Indonesia harus memiliki 12-14 kapal selam dengan 4 kapal induk," jelasnya.

Namun itu, kata Connie tergantung dari kebijakan dan kepentingan nasional yang ingin dicapai dan dilakukan pemerintah. Indonesia harus memiliki kebanggaan dan niat untuk menegakkan supremasinya seperti apa yang dilakukan negara-negara yang berlomba sekarang memasuki kawasan seperti Perancis, Inggris, Belanda, India, dan Jepang dengan kekuatan aliansi, militer dan persenjataannya."Tahun 2007, saya sudah sampaikan bahwa Indonesia perlu 12 kapal selam dan 4 kapal induk. Beberapa kelas harus bertenaga nuklir. Tidak mungkin tidak, itu keniscayaan," kata Connie. 

Perseteruan dan ketegangan di Laut China Selatan (LCS) semakin meningkat. Hal ini sampai melibatkan negara-negara di luar kawasan yang memiliki kepentingan di perairan tersebut. Amerika, Inggris dan Australia merupakan negara yang meningkatkan kehadiran militernya, terutama angkatan lautnya di kawasan tersebut untuk membendung pengaruh China yang semakin besar.

Baca juga : Anies Minta Warga Sabar Terkait Perpanjangan PPKM

Saat ini Australia, Inggris dan Amerika membentuk kerjasama keamanan trilateral AUKUS yang bertujuan untuk membendung pengaruh China di kawasan Indo-Pasifik. Salah satu kesepakatannya adalah Australia akan membuat kapal selam nuklir untuk memperkuat angkatan lautnya. Pembentukan AUKUS tersebut membuat hubungan negara AUKUS tersebut bersitegang dengan Prancis. "Karena AUKUS, Australia membatalkan secara sepihak kontrak pembelian kapal selamnya ke Prancis demi mendapatkan kapal selam nuklir buatan Amerika atau Inggris, yang membuat pemerintah Prancis meradang. Itu menunjukkan betapa seriusnya negara-negara tersebut menyikapi perkembangan isu LCS," kata Connie. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement