Kamis 07 Oct 2021 08:11 WIB

Dolar AS Naik Dipicu Kekhawatiran Inflasi

Meningkatnya tekanan inflasi dapat menimbulkan hambatan bagi pertumbuhan.

Dolar AS naik secara menyeluruh terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (6/10), karena melonjaknya harga-harga energi memicu kekhawatiran tentang inflasi dan kenaikan suku bunga.
Foto: ANTARA/Aprillio Akbar
Dolar AS naik secara menyeluruh terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (6/10), karena melonjaknya harga-harga energi memicu kekhawatiran tentang inflasi dan kenaikan suku bunga.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dolar AS naik secara menyeluruh terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (6/10), karena melonjaknya harga-harga energi memicu kekhawatiran tentang inflasi dan kenaikan suku bunga. Ini memukul selera investor terhadap aset-aset berisiko dan mendorong arus modal ke tempat yang aman.

Dengan harga minyak mencapai level tertinggi dalam tujuh tahun, saham-saham jatuh dan imbal hasil obligasi pemerintah naik di seluruh dunia pada Rabu pagi, sebelum membalikkan beberapa pergerakan di sesi berikutnya. "Apa yang Anda lihat minggu ini adalah lebih banyak ketakutan inflasi meresap ke pasar secara keseluruhan," kata Minh Trang, pedagang mata uang senior di Silicon Valley Bank di Santa Clara, California.

Meningkatnya tekanan inflasi dapat menimbulkan hambatan bagi pertumbuhan dan berimplikasi pada seberapa cepat Federal Reserve dapat menaikkan suku bunga. Federal Reserve mengatakan kemungkinan akan mulai mengurangi pembelian obligasi bulanannya segera setelah November dan kemudian menindaklanjutinya dengan kenaikan suku bunga, ketika peralihan bank sentral AS dari kebijakan krisis pandemi mendapatkan momentum.

"Pertanyaannya adalah, apakah itu memaksa The Fed untuk bergerak lebih cepat dari ekspektasi," kata Trang.

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama saingannya, naik 0,3 persen pada 94,228. Indeks mencapai level tertinggi 1 tahun di 94,504 minggu lalu.

Investor tetap gelisah mengenai negosiasi plafon utang AS, bahkan ketika Senat AS dari Partai Republik Mitch McConnell mengatakan partainya akan mengizinkan perpanjangan plafon utang federal hingga Desember, sebuah langkah yang akan mencegah gagal bayar bersejarah dengan korban ekonomi yang besar.

Laporan penggajian AS pada akhir pekan, yang dapat memberikan petunjuk tentang langkah Federal Reserve AS selanjutnya, tetap menjadi titik fokus bagi investor. Data penggajian non pertanian (NFP/non-farm payrolls) pada Jumat (8/10) diperkirakan menunjukkan perbaikan berkelanjutan di pasar tenaga kerja, dengan perkiraan 473.000 pekerjaan telah ditambahkan pada September, jajak pendapat Reuters menunjukkan.

Volatilitas tersirat sterling/dolar, ukuran perubahan yang diperkirakan tertanam dalam opsi mata uang, naik ke tertinggi tujuh bulan di sekitar 7,9 persen pada Rabu (6/10), karena melonjaknya harga-harga energi dan lonjakan imbal hasil obligasi mengirim pound 0,3 persen lebih rendah terhadap greenback. Pada Rabu (6/10), bank sentral Polandia menaikkan suku bunga utamanya menjadi 0,5 persen dari 0,1 persen, bergerak meningkatkan biaya pinjaman lebih awal dari yang diperkirakan para analis untuk melawan lonjakan inflasi. Langkah ini membantu mengangkat zloty Polandia naik sekitar 0,4 persen.

Penguatan greenback, dikombinasikan dengan keengganan terhadap mata uang berisiko, mengirim dolar Selandia Baru turun 0,7 persen meskipun bank sentral Selandia Baru menaikkan suku bunga pada Rabu untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun dan mengisyaratkan pengetatan lebih lanjut.

Sementara itu, Bitcoin, mata uang kripto terbesar di dunia berdasarkan nilai pasar, melonjak 6,27 persen menjadi 54.728,39 dolar AS, tertinggi sejak Mei.

 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement