Kamis 07 Oct 2021 11:36 WIB

Lemhannas Pilih Gunakan Soft Power Sambut 100 Tahun RI

Gubernur Lemhannas soroti K-Pop yang merasuki anak-anak muda Indonesia.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Letjen (Purn) Agus Widjojo.
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Letjen (Purn) Agus Widjojo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) memilih menggunakan pendekatan kekuatan lunak (soft power) untuk dapat menghasilkan kajian Indonesia Menuju 2045. Gubernur Lemhannas Letjen (Purn) Agus Widjojo, mengatakan, Lemhannas sejak lama melakukan kajian yang bersifat hard power berkaitan dengan militer dan pendayagunaan kekuatan.

"Menjelang Republik Indonesia (RI) memasuki usia 100 tahun pada 2045 mendatang, kami merasa perlu mendalami pendekatan soft power. Kami mesti belajar dari beberapa negara yang mengalami kemajuan pesat dalam beberapa dekade terakhir," kata Agus saat peluncuran buku Menuju Indonesia 2045 di gedung Lemhannas, Jakarta Pusat, Rabu (6/10).

Menurut dia, pendekatan kali ini untuk menganalisis kehidupan bernegara dan hubungan antarnegara dengan memperhitungkan faktor geopolitis dan geostrategis. Dalam ilmu hubungan internasional, menurut Agus, dipelajari bahwa hard power biasanya dilakukan dengan pola pendekatan koersif atau memaksa maupun dengan pendekatan membujuk lewat pemberian ganjaran.

"Baik secara transaksional maupun mengancam, pada akhirnya tujuan hard power adalah mencapai kemenangan atau membangun koalisi kemenangan," ujar Agus.

Pelengkap pendekatan hard power adalah soft power. "Pendekatan ini (soft power) lebih berkarakter inspirasional, berusaha menarik simpati pihak lain melalui kecerdasan emosional, karisma, komunikasi yang persuasif, daya tarik ideologi visioner serta pengaruh budaya," kata Agus.

Negara dengan budaya populer, kata Agus, kini ikut mempengaruhi dunia lewat budaya berupa musik, tari, film, dan makanan. Dia mencontohkan, generasi sekarang lebih menyukai budaya Korea.

"Bila sebelumnya budaya pop barat begitu mendominasi, sekarang kita lihat pengaruh budaya pop Korea atau K-Pop yang merasuki anak-anak muda di seluruh dunia termasuk di Indonesia. bersamaan dengan serbuan musik, tari dan film Korea, tumbuh subur pula aneka restoran yang menyajikan kuliner negeri ginseng itu. secara sukarela anak-anak muda juga belajar bahasa Korea demi bisa menikmati K-Pop secara utuh," ujar Agus.

Atas dasar perkembangan itulah, sambung dia, Lemhannas memprakarsasi penulisan buku Indonesia Menuju 2045. "Dalam tempo 24 tahun menuju 100 tahun usia republik, kita mesti belajar bagaimana negara-negara itu berhasil membangun sumber daya manusia (SDM) yang unggul," ujar mantan komandan Sesko ABRI tersebut.

Agus menuturkan, sumber daya manusia (SDM) yang unggul akan mendatangkan kemakmuran, kesejahteraan, kesetaraan, keadilan sosial, dan kepuasan bagi bangsa Indonesia. Selain itu, SDM unggul juga busa membentuk ketahanan nasional yang kuat dan merekatkan NKRI secara utuh.

"Kita tak akan mudah dipecah belah atau diadu domba. Bangsa Indonesia akan menjadi kekuatan luar biasa yang berdiri sejajar dengan negara maju lain dan dihormati dalam percaturan global," kata Agus.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement