REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Ketua Badan Zakat Nasional (Baznas) Noor Ahmad optimis penghimpunan zakat tahun ini akan meningkat dibanding tahun sebelumnya, meski krisis ekonomi akibat pandemi masih belum sepenuhnya teratasi. Optimisme ini merujuk pada kenaikan penghimpunan zakat sebesar 101,44 persen dari target pada 2020.
Tak tanggung-tanggung, tahun ini Baznas menargetkan pengumpulan zakat, infaq dan sedekah (ZIS) sebesar Rp 503 miliar. Dia menargetkan kanal digital akan berkontribusi sebesar 30 persen. “Kami optimis target ini dapat dimaksimalkan melalui kolaborasi dengan berbagai sektor,” ujar Pimpinan Baznas Rizaludin Kurniawan.
Pengamat Ekonomi, Yusuf Wibisono mengatakan, optimisme tinggi Baznas untuk menaiikan target penghimpunan dana zakat merupakan keyakinan yang perlu diapresiasi. Namun, dosen ilmu ekonomi Universitas Indonesia ini mengingatkan bahwa kondisi perekonomian Indonesia kini mengalami perlambatan seiring serangan virus gelombang kedua.
“Situasi kita masih rapuh, peluang terjadinya pembalikan arah pandemi masih sangat besar seiring naiknya mobilitas masyarakat mengingat masih rendahnya vaksinasi dan peluang serangan dari mutasi virus baru,” ujar Yusuf kepada Republika.
Menurut dia, secara umum, sebagian besar organisasi pengelola zakat (OPZ), baik BAZNAS maupun lembaga amil zakat (LAZ) mengalami tekanan dalam menghimpun dana ZIS di masa pandemi. Hanya OPZ besar saja yang menunjukkan pertumbuhan, karena stabilitas ekonomi donatur mereka yang kebanyakan berasal dari kelas menengah atas atau bekerja di sektor yang tidak terlalu terdampak pandemi.
“Sedangkan OPZ menengah-kecil dengan donatur didominasi kelas menengah-bawah, dan penghimpunan mereka menurut dugaan saya mengalami tekanan cukup besar. Dan saya yakin ini masih akan berlanjut di 2021 ini,” sambungnya.
Untuk mengoptimalkan penghimpunan ZIS, Yusuf menyarankan agar Baznas maupun LAZ lain bukan hanya mengandalkan pengumpulan melalui kanal digital, namun juga melakukan langkah yang lebih strategis dengan mendorong kesadaran kelas elit untuk lebih banyak lagi membantu para dhuafa maupun yang terdampak pandemi.
“Di masa pandemi ini, langkah yang lebih strategis adalah mendorong kesadaran kelas elit dan high net worth individuals untuk lebih banyak membantu si miskin dan yang lemah,” sarannya.
“Perspektifnya tentu harus lebih luas, tidak hanya penghimpunan zakat, namun penghimpunan dana kebajikan secara umum sehingga kelas elit yang disasar tidak hanya kelas elit muslim namun juga perusahaan besar dan bahkan kelas elit non muslim,” jelasnya menambahkan.
Sebagai tambahan, dia juga menyarankan para OPZ untuk menginisiasi program-program yang lebih inklusif dan fokus menyasar kesejahteraan kelompok miskin secara umum tanpa ada sekat SARA. “Menolong si lemah di masa pandemi ini adalah agenda besar bangsa, untuk segera pulih dari pandemi dan kembali mengejar ketertinggalan di berbagai sektor,” jelas dia.
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement