REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Kementerian Luar Negeri Taiwan mengatakan pada Rabu (6/10) Amerika Serikat (AS) telah meyakinkan bahwa pendekatannya ke pulau itu tidak berubah. Pernyataan itu muncul sehari setelah Presiden Joe Biden mengatakan dia dan Presiden China Xi Jinping setuju untuk mematuhi Perjanjian Taiwan.
Kementerian Luar Negeri Taiwan mengatakan telah meminta klarifikasi dari AS tentang komentar Biden. Hasil dari itu menyatakan Washington menyakinkan komitmen terhadap Taipei adalah tetap sama dan Washington akan terus membantu wilayah kepulauan itu menjaga pertahanannya.
"Menghadapi ancaman militer, diplomatik, dan ekonomi pemerintah China, Taiwan dan Amerika Serikat selalu menjaga saluran komunikasi yang erat dan lancar," kata pernyataan Kementerian Luar Negeri Taiwan.
Dalam komentar pada Selasa (5/10) malam, Biden tampaknya merujuk pada panggilan 90 menit yang dilakukan dengan Xi pada 9 September. Dia pun merujuk pada kebijakan lama dengan Washington secara resmi mengakui Beijing daripada Taipei, serta Undang-Undang Hubungan Taiwan.
"Saya sudah berbicara dengan Xi tentang Taiwan. Kami setuju ... kami akan mematuhi perjanjian Taiwan. Kami menjelaskan bahwa saya tidak berpikir dia harus melakukan apa pun selain mematuhi perjanjian," ujar Biden.
Menteri pertahanan Taiwan, Chiu Kuo-cheng, ditanya oleh wartawan di parlemen apakah memiliki informasi lebih lanjut tentang pernyataan Biden dan dia mengatakan dia tidak tahu tentang itu. Komentar itu mengirim pejabat wilayah kepulauan untuk mencari penjelasan tentang sinyal apa yang dikirim Biden pada saat ketegangan tinggi antara Taipei dan Beijing. Seorang pejabat Taiwan mengirim pesan kepada wartawan Reuters untuk menanyakan apa yang dimaksud Biden.
Sedangkan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menegaskan komitmen AS terhadap Taiwan sangat kuat. AS prihatin aktivitas militer provokatif China di wilayah tersebut.
China mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya sendiri yang harus diambil secara paksa jika perlu. Taiwan mengatakan wilayahnya adalah negara merdeka dan akan mempertahankan kebebasan dan demokrasinya.
Beijing telah secara dramatis meningkatkan penerbangan militer ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan selama setahun terakhir. Taiwan telah melaporkan 148 pesawat angkatan udara China di bagian selatan dan barat daya zona pertahanan udaranya selama periode empat hari yang dimulai sejak 1 Oktober.