Kamis 07 Oct 2021 13:52 WIB

IHSG Diprediksi Meroket Tahun Ini Didukung Harga Komoditas

Pemulihan ekonomi, dan faktor Covid-19 yang mereda turut membuat IHSG menguat.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia menilai faktor pemulihan ekonomi, Covid-19 yang mereda, serta naiknya harga komoditas dapat meningkatkan optimisme pelaku pasar.
Foto: ANTARA/Galih Pradipta
PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia menilai faktor pemulihan ekonomi, Covid-19 yang mereda, serta naiknya harga komoditas dapat meningkatkan optimisme pelaku pasar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia menilai faktor pemulihan ekonomi, Covid-19 yang mereda, serta naiknya harga komoditas dapat meningkatkan optimisme pelaku pasar. Katalis positif ini pun diperkirakan akan mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencetak rekor tertinggi tahun ini, yaitu ke atas 6.441 pada Oktober.

“Memasuki kuartal IV 2021, IHSG berada di zona hijau dan siap untuk memecahkan rekor tertinggi di tahun ini. Pada Oktober, secara teknikal IHSG akan menguji support di level 6.202-6.286 dan resistance di kisaran 6.441,” ujar Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Martha Christina, Kamis (7/10). 

Baca Juga

Sebagai catatan, rekor IHSG tahun ini masih dipegang 6.435 yang dicetak pada 13 Januari 2021. Kemarin, indeks saham domestik itu meroket hingga 2,06 persen dan nyaris mencetak rekor baru. Penguatan tersebut membuat IHSG ditutup pada 6.417. 

Martha mengatakan setelah membukukan penguatan 2,2 persen di bulan September, bulan ini IHSG dapat melanjutkan penguatan karena peningkatan mobilitas masyarakat dan semakin mempercepat pergerakan roda perekonomian. Di tengah optimisme tersebut, Martha merekomendasikan tiga sektor saham utama, yaitu energi, barang konsumen primer, dan perbankan. 

Untuk sektor energi, saham yang menjadi pilihan adalah ITMG, PTBA, ADRO, dan PGAS. Lalu dari sektor konsumen primer dan perbankan, pilihan sahamnya adalah LSIP, AALI, dan SSMS bersama dengan BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI.

Martha menilai saham komoditas energi dan minyak sawit mentah (CPO) masih atraktif, mengingat harga komoditasnya yang terus meningkat dan ekspektasi laporan keuangan kuartal III 2021 yang positif. "Begitu juga dengan sektor perbankan, yang berkorelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi," kata Martha.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menambahkan bahwa naiknya harga komoditas dunia seperti harga minyak mentah, batu bara, CPO, timah, maupun gas alam baru-baru ini turut didorong naiknya permintaan global seiring dengan pemulihan ekonomi. 

IMF, World Bank, maupun OECD, lanjutnya, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global pada 2021 masing-masing 6 persen, 5,6 persen dan  5,7 persen, seiring dengan komitmen berbagai negara dalam meningkatkan stimulus fiskal dan moneter sekaligus program akselerasi vaksinasi. 

Namun di sisi lain seiring dengan perbaikan ekonomi global, potensi naiknya suku bunga acuan AS pada tahun depan pun diprediksi lebih besar, yaitu ketika sebanyak 9 anggota FOMC memilih untuk menaikkan suku bunga acuan setidaknya satu kali terhadap suku bunga acuan AS pada tahun depan. 

Dalam “Dot Plot” terbaru yang dirilis bank sentral AS atau The Fed tersebut sangat berbeda dibanding Dot Plot Juni lalu, dimana proyeksi median anggota FOMC menunjukkan tidak ada kenaikan suku bunga acuan hingga 2023.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement