Kamis 07 Oct 2021 16:11 WIB

Pakar: Resistensi Antibiotik Lebih Sulit Ditangani

Pakar ingatkan lebih bijak menggunakan antibiotik untuk menghindari resistensi.

Red: Nora Azizah
Pakar ingatkan lebih bijak menggunakan antibiotik untuk menghindari resistensi.
Foto: www.freepik.com.
Pakar ingatkan lebih bijak menggunakan antibiotik untuk menghindari resistensi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Dr dr Hindra Irawan Satari, SpA(K), MTropPaed, mengatakan, antibiotik termasuk salah satu penemuan penting dalam dunia medis. Namun, pemakaiannya wajib sesuai indikasi.

"Antibiotik penemuan penting dalam dunia kesehatan karena bila digunakan atas indikasi bisa menyelamatkan nyawa," kata Ketua Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indonesia (PERDALIN) itu dalam virtual media briefing terkait resistensi antimikroba, Kamis (7/10).

Baca Juga

Hindra mengingatkan orang-orang, termasuk tenaga kesehatan, untuk bijaksana memanfaatkan antibiotik, salah satunya memastikan peruntukkan yang tepat demi menghindari resistensi antibiotik. Resistensi antibiotik lebih sulit ditangani sehingga memunculkan masalah lain, yakni kesakitan bertambah, risiko kematian pasien meningkat, rawat inap yang lebih panjang di rumah sakit dan biaya perawatan bisa menjadi berlipat ganda. 

Hindra mengungkapkan, WHO mencatat resistensi antibiotik meningkat ke tingkat yang sangat tinggi di semua bagian dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2020 menyatakan, masyarakat dunia saat ini sangat perlu mengubah cara mereka meresepkan dan menggunakan antibiotik, termasuk mengurangi penyebaran infeksi melalui vaksinasi, mencuci tangan, mempraktikkan kebersihan makanan yang baik. 

Mekanisme resistensi baru muncul dan menyebar secara global dan mengancam kemampuan untuk mengobati penyakit menular umum. Akibatnya, daftar infeksi terus bertambah seperti pneumonia, TBC, dan penyakit akibat makanan menjadi lebih sulit.

Terkadang, satu penyakit tidak mungkin untuk diobati karena antibiotik menjadi kurang efektif atau tidak responsif terhadap pengobatan yang saat ini tersedia. Namun, di Amerika Serikat, antibiotik berperan melindungi nyawa sekitar 200.000 orang setiap hari dan meningkatkan kemungkinan hidup 5-10 tahun pada bayi baru lahir yang terkena infeksi bakteri.

Antibiotik saat ini dimanfaatkan untuk mengobati penyakit akibat infeksi bakteri seperti demam tifoid atau tipes yang disebabkan bakteri Salmonella typhii. Kemudian, diferi akibat infeksi Corynebacterium diphteriae yang menyerang selaput lendir pada hidung tenggorokan, tetanus akibat infeksi bakteri Clostridium tetani hingga infeksi saluran kemih.

"Tifoid obatnya tidak ada lagi selain antibiotik, difteri tidak ada obatnya selain antibiotik, juga tetanus, pertusis, radang selaput otak akibat bakteri, infeksi saluran kencing," tutur Hindra.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَيَقُوْلُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَوْلَا نُزِّلَتْ سُوْرَةٌ ۚفَاِذَآ اُنْزِلَتْ سُوْرَةٌ مُّحْكَمَةٌ وَّذُكِرَ فِيْهَا الْقِتَالُ ۙرَاَيْتَ الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ يَّنْظُرُوْنَ اِلَيْكَ نَظَرَ الْمَغْشِيِّ عَلَيْهِ مِنَ الْمَوْتِۗ فَاَوْلٰى لَهُمْۚ
Dan orang-orang yang beriman berkata, “Mengapa tidak ada suatu surah (tentang perintah jihad) yang diturunkan?” Maka apabila ada suatu surah diturunkan yang jelas maksudnya dan di dalamnya tersebut (perintah) perang, engkau melihat orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit akan memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati. Tetapi itu lebih pantas bagi mereka.

(QS. Muhammad ayat 20)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement