REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lonjakan harga batu bara dunia mencapai 200 dolar per ton dikhawatirkan mengganggu pasokan ke pembangkit listrik di dalam negeri.
Pengamat energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Tumiran, menuturkan lonjakan harga batu bara terjadi akibat adanya peningkatan pasokan komoditas. Terlebih beberapa negara, seperti China sempat susah payah menyeimbangkan pasokan listrik dengan permintaan seiring pulihnya perekonomian pasca-pandemi.
Bukan tidak mungkin krisis energi juga dapat terjadi di Tanah Air, saat pasokan batu bara untuk kebutuhan pembangkit dalam negeri terpangkas.
Untuk itu, Tumiran mengingatkan agar para pengusaha batu bara di Tanah Air tetap menaati aturan kebijakan harga domestic market obligation (DMO) kepada PT PLN (Persero).
"Pengusaha jangan hanya bicara untung, tetapi juga memastikan ketahanan pasokan batu bara Tanah Air. Harusnya ada pemahaman bersama untuk kepentingan dalam negeri," ujar Tumiran, Kamis (7/10).
Menurutnya, di tengah harga batu bara dunia yang sedang meroket, pengusaha sudah mendapat banyak keuntungan dari ekspor. Untuk itu, idealnya ketahanan pasokan batu bara jangan sampai terganggu.
Sebab jika krisis batu bara terjadi di PLN, maka akan berimbas pada pasokan listrik nasional. Dampaknya pun akan meluas.
Tidak hanya ke PLN, tapi juga dirasakan ke para pelaku bisnis, industri hingga ke masyarakat. Defisit batu bara di PLTU bakal mengganggu perekonomian nasional.
Dia menjelaskan, disparitas harga batu bara tidak selalu menguntungkan PLN, tapi juga pengusaha. Menurut Tumiran, saat harga batu bara di bawah US$70 per ton, BUMN tersebut tetap membelinya sesuai kebijakan DMO.
"Pas lagi untung bisa jual, bersyukur lah mereka. Tapi jangan lupa untuk tetap memasok ke dalam negeri," ujarnya.
Tumiran menambahkan, penetapan harga khusus batu bara untuk kebutuhan pembangkit listrik di dalam negeri, menjadi bukti bahwa pemerintah mementingkan keterjangkauan harga energi di Tanah Air. Dengan harga listrik yang terjangkau, geliat ekonomi akan lebih terakselerasi.
"Batu bara kan konsepnya jadi tulang punggung bantu harga kelistrikan kita," katanya.
Tahun ini, target DMO ditetapkan sebesar 137,5 juta ton. Ada pun, berdasarkan data Minerba One Data Indonesia (MODI) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), realisasi penjualan batu bara untuk kepentingan dalam negeri tercatat mencapai 63,47 juta ton sampai dengan Juni 2021.
Tumiran memprediksi meningkatnya harga batu bara dunia diperkirakan tidak berlangsung lama.