Jumat 08 Oct 2021 07:07 WIB

Tiga Hari PTM, Kekerasan Pelajar di Bogor Mengkhawatirkan

Kekerasan ini terjadi pada hari ketiga pelaksanaan PTM di Kota Bogor.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Mas Alamil Huda
Belasan pelajar SMK asal Kabupaten Bogor dibawa Satgas Pelajar Kota Bogor karena diindikasi hendak tawuran dengan membawa senjata tajam, Rabu (15/9).
Foto: Republika/Shabrina Zakaria
Belasan pelajar SMK asal Kabupaten Bogor dibawa Satgas Pelajar Kota Bogor karena diindikasi hendak tawuran dengan membawa senjata tajam, Rabu (15/9).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kota Bogor meminta agar masyarakat waspada terhadap peluang aksi kekerasan yang dilakukan oleh pelajar. Dengan adanya kewaspadaan dan kepedulian dari masyarakat, diharapkan tidak ada kejadian serupa seperti yang terjadi pada tewasnya pelajar RM (17 tahun), usai ditikam pelajar lain pada Rabu (6/10) malam.

Ketua KPAID Kota Bogor, Dudih Syiarudin, merasa merasa miris lantaran kejadian kekerasan ini terjadi pada hari ketiga pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Kota Bogor, yang telah berlangsung sejak Senin (4/10). Meskipun kejadian itu terjadi pada malam hari di luar jam sekolah.

“Jadi ini harus concern semua. Kita terus bergerak, kita melakukan upaya melakukan berbagai pencegahan, sosialisasi pada masyarakat. Kesempatan ini tidak bisa diprediksi, tapi bisa kita awasi,” ujar Dudih kepada Republika.co.id, Kamis (7/10).

Sebagai dorongan dari KPAID, Dudih mengaku pihaknya akan terus turun ke wilayah, seperti yang dilakukan sebulan terakhir untuk membentuk berbagai kelembagaan di wilayah. Hal itu berkaitan dengan perlindungan anak.

Menurutnya, kejadian ini dikhawatirkan bisa terjadi secara berulang. Ketika masyarakat, terutama orangtua tidak memiliki kepedulian terhadap anak-anaknya. Ditambah dengan situasi euforia anak-anak yang selama hampir dua tahun tidak bertemu dengan teman-temannya, selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) akibat pandemi Covid-19.

Kan sekarang PTM juga baru mulai diujicobakan kemarin. Ya artinya lebih konsem pada wilayah orangtua ini. Dan wilayah yang harus menangkap respon cepat terhadap kondisi anak. Kalau anak dalam kondisi sudah tidak bisa kita awasi dan kita berikan masukan, kan terjadi seperti ini,” tegasnya.

Baca juga : Bakal Mulai Tatap Muka, Kampus di DIY Diminta Susun SOP

Di samping itu, sambung dia, pihaknya akan memberikan fokus secara intensif kepada pihak sekolah. Baik sekolah pelaku, maupun korban yang berada di sekolah berbeda.

Padahal, Dudih mengatakan, sehari sebelum kejadian KPAID Kota Bogor sempat berkoordinasi dengan sekolah korban sebagai bentuk pengawasan. Adanya kejadian ini pun sangat disesalkan olehnya.

Selain itu, KPAID Kota Bogor akan secara intensif melakukan monitoring dan evaluasi, dengan berbagai lembaga teknis seperti DP3A, Disdik, Kemenag, Puspaga, dan P2TP2A Kota Bogor, serta KCD Pendidikan Wilayah 2 Jawa Barat. Dengan tujuan membangun kelembagaan ramah anak di seluruh wilayah mulai RW, kelurahan dan kecamatan ramah anak.

“Tidak usah bosan-bosan, kapanpun di manapun karena euforia ini banyak dampak negatif seperti yang terjadi sekarang,” pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, seorang pelajar berinisial RM (17 tahun), menjadi korban penganiayaan pada Rabu (6/10) malam. RM meninggal dunia di Jalan Palupuh Raya, Kelurahan Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor usai ditikam dengan senjata tajam.

Tujuh jam pascakejadian, polisi berhasil meringkus enam orang terduga pelaku kekerasan terhadap RM yang juga merupakan pelajar. Dari enam orang tersebut, salah seorang diantaranya ditetapkan sebagai tersangka utama bernama Rizky Agung (18 tahun). Serta seorang pelajar lain berinisial ML (17 tahun).

Baca juga : BKN: 173.329 Peserta Lulus Seleksi PPPK Guru Tahap Pertama

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement