Jumat 08 Oct 2021 14:43 WIB

Militer Taiwan Diam-Diam Dilatih Pasukan Khusus AS

Sebuah laporan menyebut AS diam-diam melatih militer Taiwan selama satu tahun

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
 Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Militer Taiwan ini, senjata artileri Taiwan menembakkan peluru tajam selama latihan Han Guang yang diadakan di Taichung, Taiwan, pada hari Kamis, 16 September 2021. Latihan militer tahunan lima hari Han Guang di Taiwan dirancang untuk persiapan pasukan pulau untuk serangan oleh Cina, yang mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya sendiri.
Foto: AP/Military News Agency
Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Militer Taiwan ini, senjata artileri Taiwan menembakkan peluru tajam selama latihan Han Guang yang diadakan di Taichung, Taiwan, pada hari Kamis, 16 September 2021. Latihan militer tahunan lima hari Han Guang di Taiwan dirancang untuk persiapan pasukan pulau untuk serangan oleh Cina, yang mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya sendiri.

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI - Sebuah laporan mengatakan Amerika Serikat (AS) diam-diam mempertahankan kontingen kecil pelatih militer di Taiwan selama satu tahun. Wall Street Journal melaporkan pada Kamis (7/10), sekitar 24 anggota pasukan khusus AS dan sejumlah Marinir kini tengah melatih pasukan Taiwan.

Para pelatih pertama kali dikirim ke Taiwan oleh pemerintahan Donald Trump, tetapi kehadiran mereka belum dilaporkan sampai sekarang. Menurut laporan Wall Street Journal, para pelatih di Taiwan bergiliran masuk dan keluar sehingga tidak mewakili kehadiran permanen.

Baca Juga

Ada laporan tentang penasihat militer AS di sana selama bertahun-tahun. Akan tetapi, menurut seorang profesor hukum di Universitas Hofstra, Julian Ku, faktor signifikan dalam laporan Kamis adalah konfirmasi yang jelas dari pejabat AS. "Sudah menjadi rahasia umum bahwa mereka telah melakukan latihan di sana-sini, tetapi ini adalah masalah besar untuk secara terbuka mengakui mereka," kata Ku seperti dikutip laman The Guardian, Jumat (8/10).

"Saya tidak tahu apa manfaatnya. Pemerintah China tahu apa yang sedang terjadi. Kami tidak memberi tahu mereka. Kami hanya memberitahu publik Tiongkok, yang kemudian akan menciptakan tekanan pada pemerintah untuk melakukan sesuatu," ujarnya menambahkan.

Laporan itu muncul ketika Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan negaranya akan melakukan apa pun untuk mempertahankan kebebasan dan cara hidup demokratis. "Taiwan tidak mencari konfrontasi militer," kata Presiden Taiwan dalam konferensi keamanan di Taipei.

"Kami berharap untuk hidup berdampingan secara damai, stabil, dapat diprediksi, dan saling menguntungkan dengan tetangganya. Namun, Taiwan juga akan melakukan apa pun untuk mempertahankan kebebasan dan cara hidup demokratisnya," ujarnya menambahkan.

Pasukan AS tidak ditempatkan secara permanen di pulau itu sejak 1979, ketika Washington menjalin hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat China (RRC). Seorang juru bicara Pentagon, John Supple, tidak akan mengomentari langsung laporan tersebut tetapi mencatat dukungan AS dan hubungan pertahanan dengan Taiwan tetap selaras melawan ancaman saat ini dari China.

Menurut rekan program keamanan Indo-Pasifik dari Pusat Keamanan Amerika Baru, Jacob Stokes, langkah AS adalah langkah penting dimaksudkan terutama untuk tidak menjadi provokatif, tapi sebenarnya meningkatkan kemampuan pertahanan pasukan Taiwan. "Selalu ada keseimbangan antara simbolisme dan substansi dan saya pikir dengan melakukannya secara diam-diam, itu dimaksudkan untuk menjadi lebih substansi," katanya.

Kehadiran Marinir AS Raiders di Taiwan sebelumnya telah dilaporkan. Kehadiran mereka kemudian dikonfirmasi oleh Komando Angkatan Laut Taiwan sebagai pertukaran militer rutin dan pelatihan kerja sama Taiwan-AS. Para pejabat AS mengatakan laporan November 2020 tidak akurat tapi tidak merinci.

Kementerian luar negeri China mengeluarkan pernyataan yang mendesak AS untuk menghentikan bantuan militer ke Taiwan. "China akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk melindungi kedaulatan dan integritas teritorialnya," kata pernyataan itu.

Laporan kehadiran militer AS di Taiwan muncul setelah serangkaian sinyal eskalasi di Indo-Pasifik. China menerbangkan hampir 150 pesawat militer, termasuk pengebom dan jet tempur, ke zona pertahanan udara Taiwan selama empat hari pertama Oktober.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement