REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Bank Indonesia (BI) Perwakilan Surakarta mendorong optimalisasi budi daya bawang merah di Kabupaten Sragen. Ini dilakukan seiring dengan tingginya permintaan pasar terhadap komoditas pokok tersebut.
Kepala Perwakilan BI Surakarta Nugroho Joko Prastowo pada panen bawang merah organik di Sragen mengatakan dengan budi daya tanpa pupuk kimia, diharapkan hasil panen akan lebih besar dan rasa juga lebih enak. "Dalam budi daya ini juga menggunakan kelambu, mengurangi risiko hama sehingga daunnya bagus, hasil umbi besar. Harapannya ini bisa menguntungkan petani dan tercapai swasembada bawang merah," katanya, Jumat (8/10).
Ia mengatakan pertahanan ekonomi salah satunya sektor pertanian memegang peranan penting di ekonomi moneter. "Ketahanan ini harus dibangun, harapannya agar tidak impor terus, harga (komoditas pokok) tidak lompat-lompat (naik turun) sehingga berdampak pada inflasi," katanya.
Terkait hal tersebut, pihaknya mengimbau agar setiap daerah memaksimalkan potensi yang ada termasuk juga mengembangkan produk turunannya. "Dalam hal ini produk turunannya yakni bawang goreng karena permintaan pasar terhadap produk ini cukup tinggi. Ada permintaan dari Jepang, binaan BI sudah ada pengiriman salah satunya dari Brebes. Harapannya jangan hanya Brebes tetapi juga Sragen," katanya.
Selain memberikan pendampingan berupa pelatihan budi daya bawang merah dengan cara organik, dikatakannya, bantuan lain yang juga diberikan oleh BI kepada Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Sragen yakni rumah kompos dan gudang bibit.
Sementara itu, Ketua ABMI Kabupaten Sragen Suratno mengapresiasi bantuan tersebut. Apalagi, dikatakannya, selama ini pengadaan bibit menjadi salah satu kendala yang dialami oleh petani.
"Kami juga dibantu alat pendukungnya, termasuk gudang bibit. Harapannya upaya ini bisa membantu BI dalam menstabilkan inflasi," katanya.