REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sejumlah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) meraih penghargaan Best Essay kategori Pendidikan di tingkat nasional dalam lomba yang diselenggarakan Lingkar Studi Mahasiswa Ekonomi dan Bisnis (LSME) Universitas Brawijaya. Para mahasiswa ini sebelumnya mengangkat ide museum edukasi Covid-19 dalam essay-nya.
Perwakilan tim, Sayla Salsabila mengatakan, inti dari essay yang dibuat timnya adalah gagasan mengenai peranan ekonomi digital dalam mempromosikan museum edukasi Covid-19. Dalam gagasan tersebut Sayla dan tim memproyeksikan penggunaan teknologi augmented reality di museum edukasi Covid-19.
Alasan tim mengambil gagasan ini karena di masa depan edukasi mengenai Covid-19 sangat diperlukan. Namun agar kemasannya lebih segar, tim menggunakan teknologi terkini yakni augmented reality.
"Hal ini dilakukan agar museum tidak monoton dan membosankan bagi masyarakat. Pengolahannya sendiri memanfaatkan ekonomi digital sebagai sarana pemasaran,” ungkap mahasiswa Fakultas Psikologi, UMM tersebut.
Mahasiswa baru UMM itu bercerita, pengerjaan essay-nya memakan waktu lima hari. Hal itu meliputi pencarian ide yang akan diangkat, pencarian data dan referensi, kepenulisan, hingga editing serta penyesuaian sistematika.
Sayla mengaku timnya sedikit kesulitan dalam menentukan tema. Hal tersebut terjadi karena perbedaan bidang lomba dan latar belakang anggota tim dengan tema perlombaan. Oleh karena itu, persiapan diskusi kelompok dan pembuatan power point sedikit mengalami kendala.
“Kami semua berasal dari latar belakang psikologi, sementara lomba ini berfokus pada bidang ekonomi. Dengan adanya perbedaan tersebut, kami harus banyak belajar mengenai isu-isu ekonomi. Kami memperbanyak referensi dan data dari artikel maupun berita internet,” ungkap mahasiswa kelahiran Nganjuk tersebut, Jumat (8/10).
Selain mendapat penghargaan Best Essay kategori Pendidikan, tim ini juga meraih penghargaan Best Speaker pada ajang yang sama. Pada perlombaan tersebut, Sayla ditemani oleh dua mahasiswa lain yaitu Awalina Ridha Nabila dan Jabal Akbar Al-Hakam.
Anak pertama dari dua bersaudara ini berharap dapat menorehkan lebih banyak karya lagi. Apalagi ia masih menginjak semester pertama di Kampus Putih. "Semoga ke depannya kami tidak cepat puas untuk terus belajar karena jalan yang harus ditempuh masih sangat panjang,” kata dia menambahkan.