Sabtu 09 Oct 2021 19:20 WIB

Singapura Bebaskan Negara-negara Besar dari Wajib Karantina

Singapura membuka diri bagi semakin banyak negara terkait perjalanan bebas karantina

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Seorang pengendara sepeda bersepeda melewati cakrawala distrik keuangan melintasi Gardens by the Bay East di Singapura, 15 Februari 2021. Singapura membuka diri bagi semakin banyak negara terkait perjalanan bebas karantina. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/WALLACE WOON
Seorang pengendara sepeda bersepeda melewati cakrawala distrik keuangan melintasi Gardens by the Bay East di Singapura, 15 Februari 2021. Singapura membuka diri bagi semakin banyak negara terkait perjalanan bebas karantina. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA - Singapura membuka diri bagi semakin banyak negara terkait perjalanan bebas karantina saat negara kota itu berupaya membangun kembali statusnya sebagai pusat penerbangan internasional. Langkah itu juga diambil ketika Singapura sedang bersiap-siap menerapkan kehidupan baru untuk hidup berdampingan dengan Covid-19.

Mulai 19 Oktober, orang-orang yang sudah divaksin penuh dari delapan negara,termasuk Inggris, Prancis, Spanyol, dan Amerika Serikat, boleh memasuki negara pulau itu tanpa menjalani karantina jika mereka lolos tes Covid-19. Demikian kata pemerintah, Sabtu (9/10). Pengumuman itu menandai langkah besar yang diambil Singapura dalam menjalankan strategi untuk melanjutkan posisi sebagai pusat hubungan internasional.

Baca Juga

Singapura merupakan salah satu pusat kegiatan penerbangan dan keuangan dunia. Ribuan perusahaan global menempatkan kantor pusat di negara Asia Tenggara itu.

Program perjalanan yang dijalankan Singapura, terkait orang yang sudah divaksin penuh, sudah dimulai diterapkan pada September terhadap Jerman dan Brunei. Korea Selatan akan mendapat perlakuan serupa pada November.

Singapura, negara berpenduduk 5,45 juta jiwa, telah melaporkan infeksi tertinggi Covid-19 sebanyak lebih dari 3.000 kasus dalam beberapa hari belakangan ini. Hampir semua orang yang terinfeksi Covid-19 tersebut tidak menunjukkan gejala atau mengalami gejala ringan. Sekitar 83 persen dari penduduk negara itu sudah divaksin penuh. Persentase tersebut merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.

Perdana Menteri Lee Hsien Loong mengatakan Singapura akan mulai menjalani kehidupan baru dan bisa melonggarkan pembatasan jika perkembangan kasus Covid stabil, bahkan jika jumlahnya berkisar pada ratusan. "Kita akan butuh waktu setidaknya tiga bulan dan mungkin enam bulan, untuk mencapai ke sana," kata Lee ketika menyampaikan pidato kepada rakyat Singapura.

"Kita mungkin harus kembali menginjak rem kalau kasus naik lagi terlalu cepat supaya bisa melindungi sistem dan pekerja layanan kesehatan," imbuhnya.

Pemerintah telah mengumumkan langkah-langkah untuk membantu warga menyesuaikan diri dengan strategi hidup berdampingan dengan virus corona. Salah satu langkah yang dijalankan adalah mengizinkan sebagian besar pasien Covid-19 untuk memulihkan diri di rumah. Pemerintah juga mempermudah pengujian serta karantina bagi orang-orang yang terinfeksi Covid-19.

Kalangan pakar sebelumnya mengatakan bahwa pengujian secara luas kemungkinan tidak diperlukan karena sebagian besar penduduk sudah divaksin. Pemerintah memperketat aturan bagi orang-orang yang belum divaksin dengan melarang mereka memasuki mal maupun pusat-pusat jajanan yang bertebaran di negara itu.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement